Sunday, July 12, 2015

My baby bump: Hi, little one! (9-11 weeks)

It sure is a rough phase.. Phew!!

Morning sickness yang kata sebagian orang mulai berkurang menjelang bulan ke-3 ini malah makin menjadi-jadi.
Saya jadi picky banget sama makanan. Hampir semua makanan nggak bisa bikin saya selera.
Makan ini-itu ujung-ujungnya mual dan muntah, walaupun nggak semuanya keluar, tp efek setelahnya bikin tenggorokan dan perut nggak enak, badan mendadak lemes, kepala jg jd pusing. Nikmat ibu hamil deh pokoknya^^
Kadang suka kasihan sama baby yang ada di perut. Takut nggak dapet nutrisi yang cukup. Suami saya jg jadi kasihan, makannya jadi ngikutin apa yang saya mau, sedangkan setiap ditanya lagi pengen makan apa, saya pasti jawabnya, "Nggak tau.". To be honest,saya memang bingung sendiri, makan apa yang bisa gampang diterima perut. Meskipun pada akhirnya tetep saya paksain ada makanan masuk, teraturin minum susu (dengan efek hoek-hoek sedikit. Hehe), vitamin kehamilan, salmon oil dan royal jelly. Tapi tetep aja, makanan yang saya biasanya suka seperti telur, daging, jamur, jadi susah banget nelennya. Bahkan kadang cium baunya aja bikin saya mual. Saya ngakalinnya dengan makan pisang, atau minum jus buah.

Susu yang saya konsumsi juga nggak mesti susu kehamilan. Kadang saya selingi dengan susu UHT supaya nggak bosen. Dari berbagai macam merk susu hamil, favorit saya Prenagen Emesis, karena menurut saya paling nggak eneg dan rasanya lebih enak dibanding susu hamil lainnya.

Gejala lain yang saya rasakan menjelang minggu 10-11 adalah saya juga makin sering pusing. Kadang rasanya seperti melayang, kadang kepala berasa nyut-nyut an. Tapi untungnya kram-kram perut udah nggak sering lagi muncul. Hanya sekali waktu itu, mungkin karena siangnya saya diantar teman kantor ke lab naik motor dan kemudian setelah itu kita sempet jalan kaki cari makanan. Malam dan keesokan harinya syuksyes melintir perutnya. Saya juga gampang mengantuk di siang hari dan lemas terutama kalau malam hari, saya juga mulai susah buang air besar, huhuhu. Kadang kalau poop suka mesti sabaaar gitu nunggunya, Seto juga slalu ngingetin nggak boleh ngeden, jadi harus exxtra sabar..... (Hihihi. Maaf ya, jorok). Kalau soal poop makin susah, kebalikannya.. Saya makin sering pipis. Hehe. 

Dengan segala gejala yang cihuy-cihuy tadi, ada masanya saya suka BT sendiri, "Enaknya ya ibu-ibu hamil yang hamilnya kebo, nggak ngerasa apa-apa." Kemudian suami saya berkata, "Semoga dengan mualnya kamu, muntahnya kamu, baby-nya makin ganteng/cantik dan sehat ya." Seketika rasa mual saya langsung berkurang. Nanti kalau si kecil lahir dan tumbuh besar, saya ingin si kecil juga bisa sayang dan respect sama bapaknya. Kami berbagi tanggung jawab yang hampir sama besar. Saya yang mengandung dan menjaga tumbuh kembangnya di dalam perut saya. Sementara suami yang dengan penuh support menjaga kami berdua, memastikan dan berusaha keras agar kami berdua bisa nyaman. Makasih ya, suami sayang!

Terakhir kali saya ke dokter, saya diminta untuk test darah, analisa urin, dan test glukosa sewaktu kemudian dijadwalkan untuk check up lagi setelah lebaran, tapi kemudian suster memutuskan untuk memajukan jadwal kontrolnya menjadi sebelum lebaran supaya nggak kelamaan. Jadilah saya kembali kontrol ke dokter pada minggu ke-11.

Ibu saya sempat wanti-wanti untuk cek adanya kemungkinan si baby ada gejala Down Syndrome (DS) atau disorder lainnya atau tidak. "Kalau perlu USG 4D aja." Katanya. Tapi info dari teman-teman dan hasil dari baca-baca google, untuk mendeteksi adanya gejala disorder atau DS bisa dilihat dengan usg biasa, dengan mengukur tulang leher belakang, jika ketebalan Nuchal Translucency (NT) lebih dari 3 mm, ada kemungkinan bayi tersebut memiliki DS.

Setelah hasil lab keluar, kemarin Sabtu 11 Juli 2015 saya kontrol ditemani suami. Dan seperti biasa, setiap mau ketemu si baby rasanya deg-degan kayak mau nge-date sama pacar. Hihi. Apakah tumbuh kembangnya baik, mengingat belakangan saya lagi susah banget makan? Si baby di dalam udah bisa apa aja? Sudah tumbuh berapa besar? Kadang suka saya bacain artikel soal tumbuh kembang ke si baby yang ada di perut terus suka saya ajak ngobrol. Berasa konyol kadang-kadang. Nggak tahu deh si baby bisa denger atau sudah bisa ngerti atau belum, i just talk and talk and talk and hoping the baby somehow will listen and understand how big my love is. Setiap hari juga saya rutinin baca ayat-ayat alqur'an, kalau sambil kerja di kantor. Kadang sih saya suka ngerasa perut kedut-kedut, entah itu emang bener reaksi baby, atau karena peregangan rahim tuh ^_^

Seperti biasa, setelah mengarungi ruwetnya jalanan jakarta (Ini nggak berlebihan. Akhir-akhir ini Jakarta emang macetnya luar biasa), dan antri panjang di dokter, akhirnya kita bisa masuk ke ruang praktek jam stengah 8 malam (brangkat dari rumah jam 3. Asik yah? Hehe).
Naik ke meja periksa, reaksi saya pertama kali, "Sus, saya belum lepas celana dalam." Si suster senyum sambil ngeluarin gel, "USG kali ini lewat abdomen aja bu, jadi nggak perlu lepas celana." Bahaha.. kebiasaan USG dari bawah, sekalinya disuruh USG abdomen malah bingung x_x

Menurut artikel yang saya baca, saat ini organ-organ baby sudah hampir sempurna, kaki sudah memiliki tungkai dan tangan juga sudah ada sikunya. Sudah bisa menghirup, menelan, mengepalkan tangan dan menggoyang-goyangkan kaki. Semua teori yang saya baca itu ternyata jauh-jauh-jauh lebih awesome saat saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri!
Baby yang kemarin masih terlihat seperti bulatan-bulatan yang mengenakan sarung tinju, saat ini sudah lebih "berbentuk". Samar-samar saya bisa melihat siku tangan dan tungkai kakinya, "Tuh, bu. Bayinya sudah bisa loncat-loncat." Kata dr. Prima. Awalnya saya nggak ngeh, tapi saat dr. Prima menggerakkan alat USG ke bagian kaki baby, seakan mau menunjukkan ke bapak dan ibunya, kaki si mungil terlihat diangkat tinggi-tinggi dan digerak-gerakkan seperti menendang, perlahan kepalanya ikut naik turun. Subhanallah! Ajaib banget rasanya. Saya pun minta izin ke dokter untuk merekam momen tersebut sementara dr. Prima menjelaskan, "Anatomi normal ya, bu. Dua tangan, dua kaki, tulang punggung juga nggak tebal. Aman sih ini. Hasil test darah juga masih aman semua. Prediksi tanggal kelahiran juga masih sama. Ukuran 4.3 cm ya."

Rasanya lega dan bersyukur, mendengar penjelasan dr Prima yang singkat itu. Sesampainya di rumah, saya putar ulang lagi videonya bareng sama Seto, karena sebelumnya Seto belum terlalu ngeh akan gerakan bayinya, karena sibuk menyimak dr. prima sambil sesekali curi-curi foto ke layar monitor USG. Kita berdua ketawa-ketawa sendiri lihatnya.

Sehat terus ya, nak. Makin baik tumbuh kembangnya. Mau makan yang banyak melalui ibu, supaya nutrisimu tercukupi. Bapak dan Ibu love you!