Wednesday, October 29, 2014

Tokoh "Sengkuni" Dalam Kehidupan Saya

Saya ingin bercerita tentang seseorang yang (sayangnya) harus saya kenal dan hadir dalam kehidupan saya.
Seumur hidup, baru sekali saya bertemu dengan tipe orang seperti ini dan semoga tak akan lagi harus bertemu dengan orang semacam dia.
Saya termasuk orang yang percaya bahwa dalam setiap tindakan, baik itu tindakan yang dikategorikan tindakan buruk maupun baik oleh khalayak, pasti ada alasan di baliknya. Saya sendiri tipe orang yang cuek, selama tindakan orang tersebut tidak mengganggu saya sih menurut saya sah-sah saja, silahkan saja.
Namun berbagai kejadian yang kebetulan bersinggungan dengan orang ini, selalu saja membuat saya mbatin. Ngelus dada, "Kok ada ya orang yang seperti itu?"

Kalau ada orang yang nanya, emang orangnya seperti apa sih? Kok sepertinya "Luar Biasa" sekali?
Well, betul. Orangnya memang luar biasa unik. Sampe saya ngerasa perlu nulis topik untuk orang ini. Saya harap ini pertama dan terakhir kalinya saya mengangkat topik tentangnya.
Kalau diminta untuk menggambarkan seperti apa sih karakter dari orang ini, mungkin saya akan merujuk pada sosok "Sengkuni".
Bagi yang suka cerita wayang seperti saya yang sedari kecil sudah terbiasa dicekoki ayah saya dengan komik karangan R.A. Kosasih, pasti sudah familiar dengan tokoh "Sengkuni" ini. 

Dalam dunia perwayangan, karakter Sengkuni ini digambarkan sebagai sosok yang licin, licik, hasut dan penuh tipu muslihat. Ia adalah paman sekaligus mahapatih dari Kerajaan Hastinapura yang dikuasai oleh Kurawa.
Ia digambarkan sebagai tokoh yang berperan banyak dalam mengajarkan berbagai akal licik serta tipu muslihat kepada para Kurawa untuk mencapai tujuan tertentu. Contoh perbuatan buruknya adalah menghasut Kurawa untuk meracuni Bima salah satu tokoh Pandawa hingga pingsan untuk kemudian dilemparkan ke dalam Sumur Jalatunda yang penuh ular berbisa. Alih-alih celaka, tubuh Bima yang dipatok ular berbisa malah menjadi kebal dan bertambah kuat karena racun yang diberikan para Kurawa sebelumnya. 
Tipu muslihat lain yang dilakukan Sengkuni adalah saat memperdaya Pandawa dengan kecurangannya dalam bermain judi sehingga menyebabkan Pandawa Lima harus menjalani hukuman menjadi orang buangan selama belasan tahun.

Jika dibandingkan dengan tokoh Sengkuni yang ada di kehidupan saya, orang inilah yang telah "berjasa" mengajarkan dan secara tidak langsung menularkan berbagai cara tipu daya dan kelicikan kepada orang terdekat saya sehingga secara tidak langsung menjerumuskannya ke dalam kesulitan. 
Sedih rasanya saya melihat bagaimana orang terdekat ini bisa dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga membuat ia tidak sadar bahwa pola pikir yang dijalaninya selama bertahun-tahun itu melenceng dari pola pikir umum yang seharusnya, prinsip hidup yang dulu dijalaninya seolah-olah sama persis seperti prinsip hidup tokoh Sengkuni dalam pewayangan: Biarlah yang lain menderita yang penting dirinya bahagia. 

Sengkuni dalam pewayangan digambarkan sebagai sosok yang munafik, tampil sebagai manusia cerdik terdidik, terampil bicara sehingga mudah meraih simpati dan mendapat kepercayaan dari orang. 
Hal ini juga tidak jauh beda dengan si Sengkuni dalam kehidupan nyata saya. Orang ini tergolong terampil bicara, suka tampil, over PD kalau boleh saya katakan, pintar berbohong dan memanipulasi. Dalam mencapai tujuannya, dia bisa lho menggunakan media sosial orang lain dan menulis pesan seolah-olah orang itu yang menulis sendiri. Jadi misalnya nih kalau saya umpamakan sebuah kejadian dimana saya adalah si Sengkuninya dan saya nggak suka teman saya deket sama orang tertentu. Saya akan lakukan berbagai cara untuk menjauhkan orang tersebut dari teman saya. Misalnya dengan login ke medsos milik teman saya dan menuliskan pesan ke orang yang dituju dan mengatakan berbagai macam hal yang tidak sebenarnya dengan mengatasnamakan teman saya sebagai pemilik medsos tersebut. Ck ck ck.. Ada-ada saja ya akal muslihat orang itu? 

Ia juga pandai berbohong (atau munafik ya lebih tepatnya?). Contoh kasusnya saya buatkan perumpamaan ya. Katakanlah orang yang makan roti itu adalah suatu perbuatan yang dicap buruk oleh masyarakat. Maka ia bisa dengan tanpa hati melabeli orang-orang yang makan roti tersebut sebagai makhluk yang rendah. Ia bisa tanpa henti melancarkan "petuah" dengan membawa dalil agama seolah-olah dialah orang yang paling benar. Namun pada kenyataannya ia sendiripun termasuk orang yang menyimpan banyak roti dirumahnya!
Ia juga tipe orang yang bisa mendua dengan sahabat dari pasangannya sendiri. Ia bisa berusaha menjalin pertemanan dengan pasangan dari orang yang sebenarnya ada affair dengannya. Orang ini juga pandai menceritakan kisah yang membuat orang lain trenyuh dengan tidak menceritakan latar belakang sebenarnya dari kisah tersebut. Ia bisa tampil bak pahlawan bagi beberapa orang, padahal sebenarnya ia lah yang mendapat manfaat dari orang yang ditolong tersebut. Ia termasuk orang yang bisa meminjamkan pensil 2 B kepadamu, namun sebagai gantinya ia minta bolpen Parker-mu. Ia adalah tipe orang yang bisa berbicara banyak hal tentang ketuhanan dan dosa-dosa yang dibenci Tuhan sambil menenggak botol minuman beralkohol. Astaga! Seperti yang saya bilang di atas, kok bisa ya ada orang yang seperti itu? 

Namun saya percaya bahwa sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan terjatuh juga. Semua orang baru yang mengenalnya jika terus menerus bergaul dekat dengannya pasti akan sadar dengan sendirinya, cerita mana yang benar dan mana yang tidak. 

Kembali lagi ke tokoh Sengkuni dalam dunia perwayangan nih, setahu saya cerita wayang itu mengandung filsafat yang dikemas dalam wujud kesenian. Tokoh-tokoh seperti Sengkuni merupakan personifikasi dari sifat manusia licik dan penuh intrik. Ia bersembunyi di balik kedok orang yang santun, relijius, ramah namun di balik itu penuh akal bulus dan munafik. Sadly to say.. Semua personifikasi yang ada di dalam diri Sengkuni, semuanya ada di watak orang tersebut. 
Saya cuma berharap, semoga di kemudian hari saya tidak perlu lagi berurusan lebih jauh dengan orang ini (dan orang-orang yang sejenis dengannya), karena saya yakin dengan membuka sedikit peluang berhubungan dengan orang seperti ini akan lebih banyak mendatangkan kemudharatan dibandingkan manfaat.
Saya juga berharap semoga orang ini cepat disadarkan ke jalan yang benar supaya nggak ngeribetin hidup orang-orang biasa seperti kami yang masih juga belajar memperbaiki diri. Amin YRA.




2 comments: