Thursday, October 2, 2014

Chapter of my Life - Trying to Conceive (TTC) - Fighting PCOS

Hi.. Hi..

Posting-an saya kali ini bukan tentang jalan-jalan dulu ya. Sekedar mau share buat temen-temen di luar sana yang kemungkinan punya cerita sama dengan saya atau bisa juga untuk sekedar nambah-nambah wawasan soal PCOS. Kalau ada kurang lebihnya informasi yang saya share, mohon maaf ya, karena saya juga masih explore soal gangguan hormon yang diduga jadi penyebab infertilitas atau ketidaksuburan bagi 5-10% wanita usia reproduksi (12-45 tahun) ini.


Infertilitas pada wanita? Whew.. Serem ya kedengarannya, tapi nggak juga sih.. Kata dokter dan berbagai sumber yang saya dengar dan baca, asal tetep berpikir positif, jaga pola makan dan gaya hidup serta olahraga, Insyaallah penderita PCOS bisa sembuh dan bisa punya anak.
Di pembahasan kali ini pastinya saya akan share pengalaman saya sendiri, sedikit informasi yang saya dapat dari berbagai sumber soal PCOS.. (CMIIW ya kalau ada info yang kurang tepat. Hihi), serta rincian biaya yang dikeluarkan siapa tau bisa bermanfaat bagi yang membutuhkan :)

Pembahasan kali ini agak panjang nih. Jadi siap-siap ya.. Hold my hands tight through out my "roller coaster ride" *halah*


Jadi dari awal nikah, saya dan suami memang nggak nunda-nunda momongan. Suami saya sendiri sudah punya seorang putri dari pernikahannya yang terdahulu. Dalam rangka persiapan kehamilan, beberapa bulan sebelum nikah saya sudah memutuskan untuk ngurangin ngerokok sampe akhirnya bener-bener berhenti, ga 'minum' lagi even itu cuma 'mimik-mimik' cantik, lebih banyak makan sayur, ga begadang lagi, ga jalan malem lagi, ga juga ngendon lama-lama di kantor seperti waktu masih belum nikah dulu. Pokoknya bener2 diniatin supaya kalau nanti dikasih rezeki hamil, baby-nya bener2 sehat deh.

Sempat waktu itu di bulan ke-4 usia pernikahan, saya telat haid sampai 2 minggu lebih. Dari seminggu sebelum jadwal haid, perut bagian bawah saya sering terasa sakit sekali seperti ditarik-tarik. Bahkan untuk berjalan saja bisa bikin saya terengah-engah menahan sakit, apalagi kalau sedang naik turun tangga di kantor dan saat sedang nyetir, kebetulan mobil saya transmisinya manual, jadi lumayan berasa tuh kalau lagi macet. 

Sakitnya itu datang come and go, kalau sedang nggak terasa sakit sih saya masih bisa pecicilan kesana kemari, tapi kalau lagi kambuh.. paling saya cuma bisa meringis-ringis nahan sakit sambil menjalankan aktivitas seperti biasa. Waktu itu saya juga sempat test pack sehari sebelum jadwal haid, tapi hasilnya (-). Sampai kemudian saya telat lebih dari seminggu dan rasa sakit saya makin menjadi-jadi, saya mulai kepikiran. Karena selain merasa sakit, perut saya juga makin besar dan mengeras. Saya sempat konsul ke 2 dokter. Yang satu di RS Puri Cinere dan RS Gandaria. Diagnosisnya sama, sedang ada penebalan dinding rahim. Kemungkinannya ada dua, antara mau haid atau mau hamil. Di RS Gandaria saya dikasih folavit - vitamin (asam folat) yang penting dikonsumsi ibu hamil di awal kehamilan agar bayi terhindar dari cacat sistem saraf (otak).Total biaya di RS Puri Cinere sekitar Rp 400.000, sementara di RS Gandaria sekitar Rp 250.000 sudah termasuk konsul dokter, USG transvagina dan obat.

Setelah 2 minggu lebih saya masih juga belum mens, kemudian pada hari Minggu saat suami saya sedang di luar kota, saya merasakan sakit yang hebat di bagian punggung bawah, dekat tulang ekor. Saking sakitnya, saya sampai nggak bisa jalan. Sorenya saya merasa ingin buang air kecil. Di kamar mandi saat buka celana tiba-tiba jatuh gumpalan kental warna merah tua seukuran ibu jari. Sempat panik, saya hubungi suami dan Ibu saya. Saya diminta jangan banyak bergerak dan kemudian dijemput Ibu saya kerumahnya. Sesampai di rumah Ibu, sakitnya berkurang hingga malam hari sakitnya datang lagi, saat saya ke kamar mandi keluarlah lagi gumpalan darah berwarna merah tua, tapi kali ini nggak sebanyak gumpalan sebelumnya.


Keesokannya saya periksa ke dr Fitriadi, SpOg di RS Pondok Indah rekomendasi dari kakak saya. Dokternya kalem tapi cukup informatif saat menjelaskan pertanyaan yang kita lontarkan. Berdasarkan gejala yang saya rasakan, dokter bilang kalau kemarin kemungkinan terjadi pembuahan namun karena kondisi pembuahannya tidak baik, maka pembuahan tersebut luruh dengan sendirinya. Kondisi pembuahan yang tidak baik itu bisa karena berbagai macam faktor. Bisa dari kondisi sel telur, sperma atau kondisi badan yang ga fit saat terjadi pembuahan, bisa karena kecapekan atau stress. Dokter juga sempat komentar soal sel telur saya yang terlhat banyak dan kecil di layar saat sedang USG, namun karena saat itu kondisi saya memang sudah keluar haid, dokter menyimpulkan kemungkinan sel telur tersebut adalah bakal sel telur di siklus mendatang yang memang belum waktunya matang. Karena usia perkawinan kami juga masih baru, kami diminta untuk enjoy aja usahanya, belum perlu program dulu. Total biaya konsul dan USG transvagina di RSPI ga beda jauh dr RS Puri Cinere. Berarti compare dengan RSPI, biaya di Puri Cinere itungannya termasuk mahal jg ya?


Nah.. Sejak saat itu, siklus haid saya malah bertambah panjang dari yang sebelumnya 32 hari menjadi antara 38-39 hari. Bulan kesekian siklus seperti itu lama-lama saya jadi sudah terbiasa dengan haid yang telat. Sampai akhirnya 3 bulan yang lalu saya telat (lagi) lebih dari seminggu. Badan rasanya nggak enak aja bawaannya, mood juga ikutan ancur-ancuran. Kadang saya sampe kasian sama suami kalau saya lagi ngomel-ngomel. Untungnya suami saya orang yang paling sabar (dan ganteng) sedunia buat saya. Hahaha. Karena telat cukup lama, saya test pack tapi hasilnya juga masih (-). Perut saya juga kembali mengeras seperti di bulan ke-4 pernikahan. Saya sering merasa pusing dan sedikit mual, serta kram perut meskipun nggak sesakit kram sebelumnya. Antara sedih, kesel dan ga ngerti lagi sama kondisi badan saya, akhirnya saya bilang sama suami saya untuk ke dokternya kalau akhirnya sudah keluar haid saja.

Betul juga, setelah 3 minggu lebih telat akhirnya haid datang juga. Kali ini nggak berbentuk gumpalan, tapi volume darahnya sedikit sekali dan warnanya pun cenderung hitam. Hari ke-2 haid saya dan suami memutuskan ke RS Mayapada TB. Simatupang. Di sana kami konsul ke DR. dr. Bambang Yudomostopo, SpOg. Dokternya sudah sepuh dan terlihat telaten, belakangan setelah dikasih kartu nama, saya baru tahu kalau beliau termasuk dokter senior juga di RSB Asih.
Dari pemeriksaan USG, rahim saya dinyatakan bersih, ukurannya pun normal tidak ada kelainan, kista ataupun miom. Untuk keluhan siklus haid saya yang panjang, saya diberi profertil (obat penyubur kandungan) yang katanya berfungsi untuk memancing haid serta diresepkan Folic Acid (asam folat) 5 mg. Saya diminta dateng lagi kira-kira seminggu setelah Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT). Cuma saya nggak dateng lagi setelahnya, karena buat saya biaya di RS Mayapada cukup mahal. Untuk konsul dokter sendiri aja sudah kena Rp 350.000,-, ditambah biaya USG dan print hasilnya jadi Rp 700.000,- belum lagi ditambah obat-obatnya. Tadinya pengen dateng ke prakter dr. Bambang di RSB Asih, tapi waktunya memang belum ada yang pas.

Menjelang 1 tahun pernikahan kami, saya diskusi dengan suami dan sepakat untuk mulai program hamil ke dokter sesegera mungkin, pertimbangannya karena usia saya yang sudah menginjak kepala 3. Saya nggak ingin usia saya terpaut terlalu jauh dengan anak. Beberapa pertimbangan lain, seperti usia produktif saya dan suami terkait dengan biaya pendidikan anak juga jadi salah satunya.


Maka setelah cukup research kesana kemari, saya memutuskan untuk datang ke dr Prima Progestian di RS Muhammadiyah Taman Puring untuk program hamil sekalian saya juga mau periksa soal siklus haid saya yang kurang teratur, terutama setelah menikah. Rata-rata siklus saya dilihat dari 6 bulan terakhir antara 38-51 hari. 

dr Prima ini menurut kabar adalah dokter yang memang mendalami infertilitas (ketidaksuburan) wanita, pembedahan endoskopi ginekologi Laparoskopi-Histeroskopi (minimal invasive surgery) dan pembedahan ginekologi estetik. Singkat kata banyak yang bilang dr Prima ini sepertinya dokter yang tepat lah untuk didatangi kalau mau program hamil.

Paginya saya sudah daftar melalui BBM ke RS Muhammadiyah dan dapat nomor urut satu. Sorenya saya izin pulang cepat dari kantor sekalian mau cek medan *macam mau perang aja* karena baru pertama kali ke RS Muhammadiyah Taman Puring. Saya dan suami sempat menunggu sekitar 1 jam sebelum akhirnya bisa konsul dengan dr Prima.
Pertama masuk ke ruangan, dokter langsung menanyakan maksud kedatangan, saya jawab kami rencana mau program. Dokter langsung menanyakan berapa usia kami, sudah berapa lama menikah, berapa kali dalam seminggu berhubungan, dsb. Setelah itu dokter minta saya bersiap untuk USG transvagina ditemani seorang suster. Saat USG tersebut tampaklah kondisi indung telur saya baik yang kiri dan kanan dipenuhi bulatan-bulatan kecil. Dokter langsung curiga saya PCOS. Seusai pemeriksaan, saya cerita soal siklus haid saya yang ga teratur, dokter makin yakin saya PCOS. Kemudian ia menjelaskan secara singkat apa itu PCO dan menulis surat rujukan test darah di hari ke-2 haid siklus berikutnya untuk cek insulin, hormon FSH, Prolaktin, dan LH. Senin minggu depan, 6 Oktober 2014 saya diminta untuk datang lagi cek kondisi sel telur. Harapannya sih, karena siklus haid saya panjang kemungkinan saat diperiksa itu belum waktunya si sel telur matang.
Selain itu saya juga dirujuk untuk melakukan HSG di hari ke-9 sampai 12 dari siklus haid saya. HSG atau  histerosalpingografi *panjang ya mak* adalah pemeriksaan untuk mengetahui kondisi sel telur dan mendekteksi apakah ada sumbatan atau tidak pada rahim dengan memakai cairan yang dimasukkan ke rongga rahim dan saluran telur. Dokter juga minta kami untuk atur pola makan yang sehat dan olahraga.
Untuk suami dan saya diresepkan vitamin Vioxy.FM, Corsel, dan Folic Acid 5 mg yang diminum masing-masing 1 kali sehari selama 3 bulan. 
Biaya konsul dokter di RS Muhammadiyah Tampur relatif ga mahal, hanya Rp 175.000,-.
USG transvagina tanpa print Rp 150.000,-. Biaya kartu pasien baru dan admin masing-masing Rp 15.000,-. Yang agak mahal harga Vioxy.fm (Rp 200 ribu-an) dan Corsel (Rp 400 ribu-an) untuk dosis 1 bulan, sementara Folic Acid-nya sih ga mahal 60 tablet hanya puluhan ribu.

Sepulang dari sana, saya segera cari tambahan informasi mengenai PCOS atau Policlystic Ovarium Syndrome ini. Pada dasarnya PCOS atau biasa juga disebut PCO adalah gangguan hormon yang menyebabkan terhambatnya ovulasi atau matangnya sel telur sehingga tidak bisa dibuahi, karena ukuran sel telur yang tidak mencukupi. 
Ukuran sel telur yang matang dan siap dibuahi adalah 18 - 24 mm, sementara ukuran sel telur wanita dengan PCO kurang dari ukuran tersebut. Malah saya baca, ada yang ukurannya hanya 2-6 mm.

Walaupun baru belakangan ini saya mendengar tentang PCO, ternyata saya tidak sendiri. Saat ini banyak juga perempuan yang didiagnosa PCO. Saya sempat tanya ke salah satu teman saya yang kebetulan profesinya dokter, menurutnya belum ada yang bisa menjelaskan apa yang menyebabkan PCO. Kemungkinan faktor keturunan, gaya hidup, polusi, dll.

Nggak bisa dipungkiri sebagian diri saya rasanya sedih sekali dengan kondisi sekarang *perempuan mana yang ga sedih ya?*. Meskipun sebenernya saya nggak kaget dengan diagnosis dokter, dengan sering mundurnya siklus saya selama ini, saya sudah ada feeling pasti ada yang nggak beres sama badan saya. Sewaktu di ruang dokter dan dalam perjalanan pulang saya coba nahan perasaan di depan suami, karena saya tahu.. Once saya ngomong sedikit pasti langsung deh tuh tumpah ruah airmata. Suami saya juga lebih banyak diam. Saya tau sebenarnya bukan dia bermaksud ga supportive, dia cuma ga pengen saya larut dalam kesedihan kalau dibahas terus menerus. 

Di lain sisi saya juga merasa bersyukur bahwa kondisi ini saya ketahui di usia awal pernikahan sehingga semoga bisa ditangani dengan cepat. Bagi teman-teman di luar sana yang sedang program hamil namun belum kunjung hamil padahal frekuensi berhubungan teratur, selain berdoa dan usaha secara alami tentunya, ada baiknya segera periksakan ke dokter agar jika memang ada yang salah dengan kondisi badan kita, bisa diketahui dan ditangani dengan cepat.

Untuk gejala PCOS sendiri, berdasarkan beberapa artikel yang saya baca berikut rangkumannya:

1. Gejala awal:
a. Jarang atau tidak pernah mendapat haid. Haid rata-rata dalam setahun bagi penderita PCOS kurang dari 9 siklus (siklus lebih dari 35 hari). Ada juga yang teratur haid tiap bulan namun tidak selalu mengalami ovulasi -> Untuk kasus saya, haid tetap teratur tiap bulan namun siklusnya yang panjang, mundur antara 1-3 minggu.
b. Perdarahan haid tidak teratur atau berlebihan ->  Sebelum menikah, volume haid saya banyak, namun semenjak menikah tidak sebanyak dulu.
c. Rambut kepala rontok, rambut yang tumbuh di tubuh berlebih -> Saya banget nih, meskipun ga berlebihan banget sih.
d. Jerawatan -> Kalo saya ga terlalu sih, paling jerawat kecil-kecil atau satu-dua jerawat yang muncul sebelum waktunya haid.
e. Depresi, perubahan hormon yang menyebabkan gangguan emosi -> Mood swing is my middle name. Huhu :'(

2. Gejala PCOS lanjut
a. Obesitas, terutama tubuh bagian atas -> Ga berlaku buat saya nih. Badan saya kecil TB: 153 cm dengan BB: 40 kg.
b. Abortus berulang kemungkinan berkaitan tingginya kadar insulin yang biasa dijumpai pada penderita PCOS, ovulasi yang terhambat, kualitas sel telur atau kurang sempurnanya implantasi di dinding uterus -> Kasus saya di bulan ke-4 pernikahan mungkin ga ya karena ini?
c. Sulit mendapatkan kehamilan karena tidak terjadi ovulasi.
d. Nyeri panggul kronis (perut bagian bawah dan panggul) -> Nyeri perut bagian bawah ini saya rasakan saat bulan ke-4 pernikahan. Nyerinya seperti urat yang ditarik-tarik, seperti mau putus.
e. Tekanan darah tinggi -> Tekanan darah saya rendah. Biasanya 100/70

Perlu diingat bahwa adanya PCOS tidak berarti tidak akan hamil. Namun penderita PCOS mungkin membutuhkan bantuan untuk dapat berovulasi dengan normal. 

Upaya yang dapat dilakukan antara lain: 
1. Minta bantuan  kepada ahli medis untuk cek hormon mana yang tidak seimbang untuk selanjutnya diberikan vitamin atau obat yang dapat menyeimbangkan kadar hormon tersebut.
2. Olahraga teratur, karena dengan olahraga dapat menekan kadar gula darah yang memicu PCOS.
3. Atur pola makan. Hindari konsumsi makanan dengan karbohidrat yang tinggi, banyak konsumsi makanyan yang mengandung Omega-3 seperti Ikan Salmon, banyak makan sayur dan buah-buahan. Saya sendiri termasuk orang yang tidak terlalu suka makan sayur dan buah, kecuali sudah diolah dalam bentuk salad. Untungya suami saya seringkali berbaik hati membuatkan salad untuk saya kalau malam hari :)

Dari info yang saya kumpulkan dari berbagai sumber, tahapan untuk penanganan PCOS tergantung dari kondisi masing-masing orang. Untuk perempuan yang obesitas maka menurunkan berat badan minimal 10% itu perlu dilakukan. Olahraga teratur dan pemberian obat anti diabetes bila ada gejala resistensi insulin juga terbukti mengurangi gangguan siklus haid yang merupakan efek dari PCO.

Jika terapi di atas tidak berhasil, ada 2 alternatif  tindakan medis yang bisa dilakukan:
1. Laparoscopic ovarian drilling, tindakan mengurangi jumlah sel tur yang ga matang menggunakan jarum panas.
2. Ovarian Wedge Resection, tindakan pembedahan untuk mengambil sebagian jaringan indung telur

Meskipun ga kebayang gimana prosesnya, kalau saya sendiri sih berharap ga perlu sampai ada tindakan medis seperti itu. Yang perlu terus ditanamkan itu pikiran positif bahwa saya pasti bisa sembuh dari PCO dan bisa segera hamil. Saya juga perlu memulai lagi aktivitas olahraga yang sudah cukup lama saya tinggalkan (ini nih yang susah. Huhu). Atur pola makan, rajin ke dokter sesuai anjuran untuk cek kondisi sel telur, mulai terapi jeruk nipis yaitu minum air perasan jeruk nipis setiap hari selama 2 minggu berturut-turut tanpa putus, dengan jumlah kelipatan 4 jeruk per hari - langkah detailnya nanti saya share di kesempatan lain ya. Katanya sih terapi ini bisa bikin siklus haid teratur. Ada yang bilang juga rajin minum jus tomat-wortel-apel setiap hari. Yang ini sih belum saya lakuin, rencananya setelah terapi jeruk nipis selesai akan saya lanjutkan dengan rutin minum jus ini. Rajin minum vitamin E juga membantu, karena baik untuk kesuburan. Minum susu kambing 2x sehari setiap pagi dan malam karena katanya sih susu kambing baik bagi kesehatan. Berhubung sy suka susu jd saya sih seneng-seneng aja minumnya. Hihi. Saya juga mulai lagi rajin sarapan oatmeal yang katanya kaya serat, menghindari makanan yang mengandung terlalu banyak gula dan lemak (Hiks.  Susah nih.. Saya paling seneng makan yang enak-enak soalnya). Oya, yang paling penting sih terus berdoa dan percaya, kalau memang niat kita baik dan usaha kita sepenuh hati saya yakin Allah SWT pasti mengabulkan doa kita. 

Semoga posting-an saya kali ini bermanfaat ya. Kelanjutan cerita saya berkaitan dengan TTC - Fighting PCOS ini pasti akan saya share di kesempatan lain. Untuk ibu-ibu di luar sana yang punya cerita serupa dengan saya, jangan patah semangat dan saling mendoakan agar bisa segera punya baby ya. Amin YRA ^^



No comments:

Post a Comment