Tuesday, December 30, 2014

TTC: Induksi Ovulasi dan Suntik Pemecah Sel Telur

Halo.. Sudah cukup lama ya saya nggak nulis perkembangan TTC saya dan suami. Bukan karena malas, bukan karena belum sempat.. Tapi ya karena si siklus haid yang datangnya sesuai mood dia sendiri. Hehehe.

Setelah sebelumnya saya sudah shared cerita tentang awal saya didiagnosa PCO oleh dokter, kemudian selanjutnya saya juga sempat shared mengenai treatment awal penderita PCOS yang ingin mendapatkan momongan, kali ini saya lanjutkan sharing perjalanan saya dan suami untuk punya baby ya... Hap-hap! Bismillah.. ;)

15 Desember 2014 akhirnya si haid datang juga setelah telat 2 minggu lebih. Syukur alhamdulillah! Kalau orang lain sedih jika haid datang, tapi bagi saya yang penderita PCO malah sebaliknya. Karena itu artinya bisa menjalankan rencana saya di siklus sebelumnya yaitu melanjutkan program kami ke dr Prima. Kebetulan hari itu merupakan jadwal praktek beliau. Pulang kantor, saya dan suami segera bergegas ke RS Muhammadiyah Taman Puring.

Kali itu dr Prima nggak terlalu banyak komentar, setelah USG transvagina saya diberi resep 10 butir ovestin 1 mg yang diminum 1 kali sehari dan 10 butir fensipros dengan dosis minum 2 x 1, jadi obat habis dalam 5 hari. Dua obat ini berfungsi untuk menginduksi ovulasi atau merangsang indung telur untuk menghasilkan sel telur yang matang sehingga bisa dilakukan pembuahan secara alami. Dengan pemberian obat ini saya berasa officially mulai program hamil. H+12 - H +14 saya diminta untuk datang lagi cek ukuran sel telur apakah ukurannya sudah cukup atau belum. 

Sampai hari ke-8 minum ovestin, jadwal minum obat saya masih teratur. FYI, Alhamdulillah.. Obat ini tidak ada efek samping mual dan pusing seperti 2 vitamin yang telah diresepkan dokter sebelumnya. Sampai di hari ke-9 dan ke-10 saya secara nggak sengaja absen minum obat, karena kami pergi ke Malang dan obatnya nggak terbawa. Hiks. Sempet sedih deh waktu itu. Mau beli di apotik juga nggak bisa, karena harus pakai resep dokter. Jadi ya sudahlah.. Berharap indung telur saya cukup bereaksi atas obat yang kemarin sudah diminum. Hanya saja selama di Malang, saya merasakan ada sedikit rasa mengganjal dan agak menusuk-nusuk di perut bagian kiri bawah, terutama kalau sedang jalan agak lama. Saya berusaha berpikir positif bahwa itu tandanya sel telur saya sedang membesar. Hihi.. Saya juga enggan bilang ke suami, karena nggak mau suami kepikiran dan nggak mau terkesan manja, dikit-dikit ngeluh. Gengsi ah.. Hahaha.

H+14 sepulangnya dari Malang, kami datang untuk kontrol kembali ke dr Prima. Agak deg-degan, takut perkembangan sel telurnya nggak maksimal karena obat saya masih sisa 2 butir di rumah :(
Begitu masuk ruang praktek, dokter langsung mengarahkan saya untuk cek sel telur, "Mmm.. Masih kosong nih, bu di sebelah kanan," Kata dr Prima sambil melihat ke monitor USG. Deg! Melorot deh jantung saya ke dengkul. Huhuhu.. Tuh kan! Ini pasti gara-gara minum obatnya nggak selesai deh..
"Coba kita lihat yang sebelah kiri ya, bu... Eh tuh ada 1 yang ukurannya sudah besar, sebentar.. ukurannya 19 mm nih. Bagus deh berarti indung telurnya bereaksi sama obatnya." lanjut dr Prima sambil tersenyum.
Alhamdulillah! Seneng banget rasanya liat buletan besar di monitor USG yang biasanya nggak pernah saya lihat di kontrol-kontrol sebelumnya. 
Setelah itu dr Prima cek ketebalan dinding rahim saya. Sayangnya endometrium atau dinding rahim tempat menempelnya bakal janin jika nanti sel telur bisa dibuahi milik saya ukurannya tipis. Normalnya adalah sekitar 8 mm, sedangkan ketebalan saya baru 5 koma sekian mm. Untuk itu saya diresepkan ovestin lagi dengan dosis ditambah menjadi 2 X 1 untuk 3 hari ke depan.

dr Prima juga meresepkan untuk suntik pemecah sel telur keesokan harinya. Prosedur akan dilakukan oleh suster. 24 jam setelah disuntik artinya saya ovulasi dan dokter menjadwalkan kapan kami sebaiknya berhubungan.

Biaya konsul dokter dan USG tanpa print seperti biasa Rp 340 ribu, 5 butir ovestin Rp 18 ribu saja. Nah... Ovidrel atau obat pemecah sel telurnya yang lumayan mahal nih, satu ampul Rp 890 ribu. Untuk alasan kepraktisan, kami putuskan untuk menitipkan obat tersebut di RS sampai dengan jadwal saya suntik.

Hari ini, 30 Desember 2014 jadwal saya suntik nih... Doakan saya yah, semoga bulan depan kalau haid saya tidak datang bukan lagi karena PCO tapi karena test pack menunjukkan 2 garis atau tanda positif. Amin! :)

PS. Oya, di bagian bawah nanti saya akan ceritakan juga bagaimana proses suntik pemecah sel telurnya. So, stay tuned! :D

Well, ternyata prosesnya nggak sakit dan cepat sekali. Lebih lama antri di apotik untuk ambil obatnya malah. Hehehe. Sesampai di RS dan selesai ambil Ovedril yang sengaja kami titipkan di apotik, kami segera menyerahkan ke bidan. Saya diminta untuk masuk ke ruangan dokter dan obat tersebut disuntikan di bagian bawah pusar. Rasanya perish sedikit, nggak sampai 3 menit juga sudah nggak berasa sakit lagi kok. Bismillah, artinya besok saya ovulasi nih.. Dokter kemarin menjadwalkan hubungan selang 1 hari dari sebelum dan sesudah saya disuntik. Mudah-mudahan program perdana ini langsung tokcer yaa. Amin YRA :)




No comments:

Post a Comment