Wednesday, March 6, 2019

Konsultasi Psikologi Jakarta, Harus Kemana?

Kamu tinggal di wilayah Jakarta dan mau konsultasi ke psikolog tapi bingung mau kemana? Konsultasi psikolog bisa mengenai apa saja. Bisa mengenai tumbuh kembang anak, konseling pernikahan, dan kesehatan mentalmu sendiri. Di bawah ada beberapa pilihan yang mungkin bisa dipertimbangkan. Yuk disimak!

Konsultasi psikologi Jakarta terkait tumbuh kembang dan kesehatan mental anak


Source: Unsplash
Dear, tumbuh kembang dan kesehatan mental anak seringkali menjadi prioritas setiap orang tua. Mendidik anak memang susah-susah gampang. Tidak ada buku panduan yang benar-benar dijadikan acuan karena latar belakang setiap keluarga berbeda-beda. Berikut beberapa rekomendasi tempat yang bisa didatangi untuk bisa melakukan konseling psikologi:
Klinik Pela 9 adalah klinik terpadu tumbuh kembang anak dan remaja yang bertujuan untuk membantu keluarga dengan anak yang mengalami hambatan dan gangguan tumbuh kembang. Didirikan pada tahun 2000, klinik ini melibatkan dokter anak, psikolog, psikiater dan terapis berpengalaman yang memiliki sertifikat dalam dan luar negeri.
Kancil menyediakan layanan psikolog untuk anak dan remaja (2-20 tahun), playtherapy, terapi perilaku kognitif dan hipnoterapi. Selain kegiatan rutin, Kancil juga sering mengadakan seminar, lokakarya dan pelatihan untuk orang tua dan keluarga.
Rumah Dandelion mengkhususkan diri pada tumbuh kembang anak dan pendidikan anak usia dini. Dengan melibatkan psikolog keluarga, pendidikan, praktisi perkembangan anak, Rumah Dandelion memiliki visi untuk menjadi rekan keluarga dalam mengoptimalkan perkembangan anak.

Source: Unsplash
Balita Ceria adalah klinik yang berlokasi di Jakarta Barat yang menyediakan layanan Psikologi untuk anak, remaja, dan terapi untuk anak berkebutuhan khusus. Di luar dari itu, klinik ini juga menyediakan layanan tes IQ, minat dan bakat, dan evaluasi tumbuh kembang.

Konsultasi psikologi Jakarta terkait kesehatan mentalmu

Selain kesehatan fisik, kesehatan mental merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Stres berat dan depresi dapat menghambat aktivitas dan mempengaruhi kesehatan fisikmu juga. Jangan sampai terjadi ya, Dear!  Di bawah ada beberapa pilihan klinik psilologi yang bisa kamu datangi terkait kesehatan mentalmu:
Daya Insani adalah klinik di bilangan Jakarta Pusat yang didirikan sejak tahun 2004. Layanan yang disediakan bertujuan untuk mengoptimalkan potensi dari tiap individu melalui asesmen, konseling hipnoterapi dan pelatihan.
[caption id="attachment_4888" align="aligncenter" width="300"] Photo by Dylan Gillis on Unsplash[/caption]Yayasan Pulih merupakan organisasi non profit yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal pelayanan psikologi yang terjangkau. Semua psikolog di Yayasan Pulih merupakan psikolog profesional yang memiki kapasitas tambahan mengenai isu HAM,  kesetaraan gender dan isu kekerasan terhadap perempuan.
Kini dengan menggunakan BPJS juga sudah bisa konsultasi dengan psikolog ke beberapa puskesmas di Jakarta seperti: Puskesmas Mampang Prapatan,  Pasar Rebo, Pancoran, Kramat Jati, Taman Sari dan Matraman, lho.

Konsultasi psikologi Jakarta terkait pernikahan

Menyatukan dua insan yang berbeda memang bukanlah hal yang mudah. Terkadang kita perlu bantuan pihak ketiga yang netral dalam menyelesaikan masalah dalam pernikahan kita. Agar mendapatkan solusi yang terarah dan terbaik bagi pernikahan kita, kita bisa mendatangi beberapa klinik di bawah untuk melakukan konseling pernikahan:
Konseling pernikahan menyediakan layanan konsultasi psikolog dari persiapan pernikahan, pernikahan, perselingkuhan, pra perceraian,  hingga perceraian. Layanan konseling dilakukan dengan tatap muka selama 45 menit dan juga melayani konseling dengan datang ke tempatmu selama berada di wilayah jabodetabek.

Source: Unsplash
Tibis Sinergi adalah tempat konsultasi psikologi yang didirikan oleh Tika Bisono. Berlokasi di daerah Pasar Minggu, selain aktif sebagai konsultan dan dosen di perguruan tinggi swasta, Tika Bisono juga membuka layanan konsultasi pernikahan.
Mulai untuk konsultasi dengan psikolog, apapun masalahmu memang membutuhkan tekad yang kuat. Selain mungkin akan merasa canggung saat konsultasi tatap muka dengan orang yang tidak dikenal, faktor biaya, serta waktu juga terkadang menjadi hambatan.
Dengan kemudahan teknologi saat ini, konsultasi dengan psikolog juga bisa dilakukan dengan cara yang praktis dan biaya relatif terjangkau. Salah satunha melalui aplikasi Riliv yang memungkinkan kita untuk mendapatkan pelayanan konsultasi dengan psikolog profesional dimana saja dan kapan saja melalui media chat. Segera konsultasikan masalahmu dengan ahlinya agar kesehatan mentalmu terjaga ya,  Dear!
Referensi:
1. http://rumahdandelion.com
2. http://klinikpela9.com
3. http://www.kancilku.com/Ind//index.php?option=com_frontpage&Itemid=37
4. http://www.balitaceria.com/
5. http://mommiesdaily.com/2016/08/05/daftar-psikolog-pernikahan-di-wilayah-jakarta/
6. https://tirto.id/mengatasi-problem-kesehatan-mental-dengan-bpjs-ck32
Sri Resy Khrisnawati. Having 100 dreams and 1001% faith it will come true before her dying day

Kenapa Aku Jelek: Gimana Menghilangkan Pikiran Negatif Ini?

Pernah nggak sih kamu melihat ke kaca dan punya pikiran, "Kenapa aku jelek, ya?" Mungkin hidungmu pesek, kulit sawo matang, atau punya bibir kelewat tipis? Kalau sudah begitu lalu harus bagaimana? Nggak mungkin dong kita menyalahkan orang tua. Sudah nggak dapat solusinya, yang ada malah dosa pada orang tua. Jangan sampai ya, Dear!

Source: Unsplash

Kekurangan pada muka bisa ditutupi dengan berdandan

Banyak jalan menuju Roma, muka jelek bukan akhir segalanya. Kekurangan pada bagian tertentu di muka kini bisa dengan mudah ditutupi dengan keajaiban make-up.
Hidung pesek bisa ditutupi dengan shading. Alis mata yang turun bisa dibentuk dengan pensil alis. Untuk laki-laki yang nggak mungkin berdandan, bisa menutupi kekurangan muka dengan menumbuhkan kumis atau jenggot yang rapih.

Muka bersih dan potongan rambut bisa memperbaiki penampilan

[caption id="attachment_3473" align="aligncenter" width="300"]apa itu meditasi Photo by Artem Bali on Unsplash[/caption]Muka cantik kalau rambut berantakan dan muka jerawatan juga nggak sedap dipandang mata. Rajin-rajinlah membersihkan muka usai beraktivitas untuk menghindari jerawat dan muka kusam.
Sesuaikan juga potongan rambut dengan bentuk mukamu. Jangan hanya mengikuti model yang sedang tren. Rambut yang sesuai bentuk muka, terawat dan sehat dapat menjadi nilai lebih bagi penampilanmu.

Tutupi kekurangan di wajah dengan memakai pakaian yang pantas

Penampilan yang baik nggak semata-mata dilihat dari muka saja. Apabila penampilan kita rapih, pakaian disesuaikan dengan bentuk tubuh dan aktivitas, hal tersebut dapat menutupi beberapa kekurangan yang mungkin ada di wajah kita.

Olahraga agar bentuk badanmu terjaga

Olahraga rutin dapat membuat bentuk badanmu bagus. Otot kencang, mengecilkan perut, paha, dan bagian belakang. Selain membentuk badan, olahraga bisa menyehatkan badan dan menjauhkanmu dari pikiran negatif mengapa mukaku jelek, sih? Ini yang dinamakan sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui.
[caption id="attachment_3474" align="aligncenter" width="300"]apa itu meditasi Photo by Andrea Junqueira on Unsplash[/caption]

Hobi atau keahlian khusus membuat orang lain tidak melihat kekurangan pada wajahmu

Pernah nggak kamu lihat pelawak yang mungkin mukanya biasa-biasa saja tapi banyak disukai orang? Orang lebih tertarik pada kemahirannya dalam menghibur orang lain dibanding fokus kepada wajahnya.
Coba tekuni hobi tertentu dan mencoba mahir di bidangnya. Dijamin keahlianmu bisa membuat orang menjadi kagum padamu, tanpa kamu harus repot-repot mencari informasi bedah plastik.

Miliki pikiran positif untuk meningkatkan percaya diri

Tanamkan pikiran positif agar kita selalu dipenuhi rasa bersyukur atas keadaan kita. Punya hidung pesek tak apa, yang terpenting masih bisa menghirup udara segar sehingga badan sehat merupakan anugerah tak ternilai dari Yang Maha Kuasa.
[caption id="attachment_3587" align="aligncenter" width="300"] Photo by Erik Brolin on Unsplash[/caption]Pikiran positif dapat dibangun dengan mengenal dan menerima diri kita sendiri, terlebih dulu. Proses ini salah satunya bisa kita dapatkan melalui meditasi, lho. Sekarang sudah banyak cara untuk melakukan meditasi, salah satunya dengan mengakses fitur meditasi di aplikasi Riliv.
Kenali dan terima dirimu sendiri agar kamu dijauhkan dari pikiran negatif: "Kenapa aku jelek?" terus menerus ya,  Dear! Selamat mencoba.

Referensi:
1. https://www.liputan6.com/health/read/3621624/cantik-tanpa-kosmetik-secercah-kecantikan-yang-tidak-disadari
Sri Resy Khrisnawati. Having 100 dreams and 1001% faith it will come true before her dying day

Wednesday, February 10, 2016

My Baby Bump: Go Live! Cayden Pandega 13/01/16

Hi.. Udah hampir sebulan nih baru sempet cerita soal kelahiran putra kami, R.M. Cayden Pandega, abis dari kemarin (dan sampai sekarang juga sih), masih belajar gimana jadi #newmom

Tuesday, December 15, 2015

My Baby Bump: Hospitalized (Again!) Part 2 (32-34 weeks)

Siapa yang nyangka pada saat saya lagi nyicil nulis pengalaman saya opname karena kontraksi dini, saya harus (lagi-lagi) opname, kali ini bukan karena kontraksi dini. Tapi suspect-nya KPD (Ketuban Pecah Dini) dan setelah di-cek Oligohidramnion (Kekurangan air ketuban) plus pake ada gejala pengapuran plasenta grade 1-2 pula. Untungnya ada aplikasi blogspot di HP, jadi saya bisa update cerita tanpa harus bangun dari tempat tidur. Huhu.. Sedih bgt rasanya.

Kalau opname yang pertama saya masih bisa sdikit haha-hihi. Opname kedua kali ini susaaahh bgt rasanya ngebangun mindset yang positif. Biar udh ditahan ini airmata rasanya kok keluar terus, terutama kalo lagi nggak ada orang. Tapi pada akhirnya bekas mata yang sembap dan hidung yg ingusan bikin salah satu dokter jaga nanya, "Ibu abis nangis ya?" Hehe. Untung dokter jaga dan suster di RSIA Citra Ananda care enough untuk support. Dokter atau suster yang udah ibu-ibu juga menyempatkan cerita pengalaman mereka waktu melahirkan, nyemangatin saya supaya dibawa happy dan berpikir positive. Kemudian ada dari teman kuliah dan SMA saya yang kebetulan pernah punya pengalaman yang hampir sama, mereka sering kontak saya untuk sekedar berbagi cerita. Belum lagi support dari ibu dan saudara. Terima kasih atas doanya buat saya dan baby agar senantiasa sehat sampai setelah persalinan nanti. Semoga dibalas dengan pahala yang berlimpah ya. Amin YRA. Thanks a lot btw untuk saudara yang sudah meluangkan waktunya, doanya, teman-teman, rekan kantor dan semua yang sudah support nyemangatin. Means a lot to me :)

Pagi itu hari Rabu 6 Desember 2015. Belum juga adzan subuh terdengar, saya terbangun karena merasa "ngompol". Segera saya cek ke kamar mandi dan melihat ada cairan seperti air kelapa muda keluar. Masa' iya sih saya ngompol? Saya cium baunya, kok nggak bau pesing? Saya pegang teksturnya agak lengket-lengket. Jangan-jangan ketuban ya? Saya foto aja itu celana dalem trus saya kirim ke ibu saya yang kebetulan lagi di Solo, trus saya bangunin suami saya. Kata suami saya, saya disuruh tiduran aja sambil liat, apakah nanti ada rembesan lagi atau nggak. Saya baru bisa terlelap sekitar jam setengah tujuh pagi.

Rencana mau nyoblos pilkada hari itu otomatis batal deh. Mana udah bikin heboh ibu yang di solo karena HP saya ga diangkat-angkat pas saya lagi ketiduran. Beliau minta saya untuk telp dokternya ASAP, karena itu air ketuban!  Saya berusaha menenangkan yang rembes nggak terlalu banyak. Tapi ibu saya meyakinkan segitu itu cukup banyak. Akhirnya saya Whatsapp dr Ivander, terus saya minta izin ngirimin foto celana dalam saya untuk make sure itu ketuban atau bukan. Hehe.. Sorry ya dok. Bukan bermaksud untuk saru, tapi supaya lebih pasti aja :D
Pas dokter liat gambarnya komentarnya begini, "Cukup banyak juga ya? Langsung ke Citra Ananda aja bu biar di cek pake kertas lakmus sama bidan jaga. Nanti saya coba telp juga ke sana. Kalau memang emergency saya ke sana juga." (Wheww.. Ternyata emak gw bner juga. Saya pikir segitu itu dikit.. Huhuhu. Mulai deh santainya ilang sedikit).

Saya ama suami langsung berangkat ke Citra Ananda. Tadinya si dokter nawarin ke RS Gandaria karena dokter lagi ada tindakan di sana. Tapi ngeliat macetnya jalanan Cinere yaah.. Kita mutusin ke Citra Ananda dulu deh, siapa tau setelah di cek ini bukan air ketuban kan? *masih coba mikir positif*

Sampe disana, kita udah ditunggu sama 3 bidan jaga dan 1 suster yang langsung bawa saya ke UGD. Trus saya disuruh naik ke kursi tindakan itu lho. Hadeuh.. udah parno aja pas liat suster ngeluarin alat seperti "paruh bebek", "Hummmm.. Gw kenal nih alat pas lagi papsmear. Nggak enak banget kan rasanya. Bzzz." Batin saya.
"Saya mau diapain sus?" Tanya saya melas. Suster bilang mau di cek ada pembukaan sama dilihat rembesan tadi ketuban atau bukan pakai kertas lakmus. Beuh.. Saya pikir cek-nya cukup ditempel aja di mulut luar vagina.. Ternyata...Huhuhu. Nggak nyaman banget deh rasanya.

Nggak lama dokter jaga datang dan setelah di-cek alhamdulillah belum ada pembukaan. Tapi hasil dari kertas lakmus, ini benar air ketuban karena kertas lakmus yang tadinya warna pink berubah jadi biru. Dokter jaga langsung telp dr Ivander dan infokan hal ini. Dr Ivander langsung minta saya untuk opname karena kalau ketuban sudah rembes artinya baby yang di dalam rahim sudah "terbuka" dengan dunia luar sehingga rentan infeksi. Nanti sore dokter akan visit, meskipun harusnya hari itu nggak ada jadwal prakteknya karena hari itu libur karena pilkada. Saya masih coba "nego" untuk pulang dulu, baru nanti sore saya datang lagi. Karena pikiran untuk opname tanpa persiapan apa-apa lagi untuk yang kedua kali kok rasanya gimanaa gitu (gimana apanya ya? Susah untuk dijelasin pake kata-kata. Hehehe).

Eh, dr Ivandernya denger begitu malah bilang kalau gitu dia sekalian otw sekarang aja ke Citra Ananda. Hadeuh.. jadi nggak enak hati euy. Maaf ya dok ngerepotin..
Begitu dokter dateng, saya sempet "diomelin" karena masih jalan kaki, suster langsung diminta untuk ambil kursi roda buat saya. Hummm.. Ini bener nih segitu emergency-nya? Saya mulai was-was. Abis anak pertama, saya masih awam banget rasanya. Duh. Mudah-mudahan hasil USG baik-baik aja deh!
Pas di-USG baru deh saya ngeh kalo kondisinya cukup bikin kuatir. Ketuban yang minggu lalu kelihatan cukup banyak, kok sekarang makin mepet sama baby-nya sih? Kata dokter, index ketuban yang normal itu di atas 10 cm, dan saat ini ketuban saya sudah 7 cm. Kalau misalnya sampai 5 cm, itu sudah disebut sangat kekurangan air ketuban dan sangat beresiko bagi janin. Dokter bahkan tadi otw ke RS sudah sempat telp untuk cari NICU yang tersedia di RS Gandaria/RS Bunda Menteng, karena kalau sampai index ketuban saya mencapai 5 cm, baby terpaksa harus dikeluarkan hari itu juga dan di RS Citra Ananda belum ada fasilitas NICU.

Satu hal lagi, saat di cek kondisi plasenta, kok ternyata plasenta saya sudah mulai ada pengapuran/menua meskipun baru grade 1-2 (grade pengapuran plasenta yang paling mengkhawatirkan itu grade 4 btw), artinya baby mulai nggak dapet asupan nutrisi maksimal dari saya, harusnya pengapuran plasenta itu mulai terlihat pada minggu ke-34 ke atas. Saya kan sekarang baru minggu ke-32. Duh sedih banget liatnya. Padahal kemarin pas bedrest saya coba maksimalin makan dan minum yang sehat-sehat supaya nutrisinya ke baby :'(
Ada satu masa dimana index ketuban mau diukur sama dokter dari berbagai sisi. Pas di bagian pantat baby, keliatan ketubannya udah kosong, jadi pas baby mau gerak nggak bisa. Nyeri hati saya ngeliatnya.. Somehow ngerasa feeling guilty ke baby-nya, meskipun itu di luar kuasa saya juga. Untungnya, kondisi detak jantung baby masih baik, asupan oksigen ke otak pun juga masih baik. Subhanallah! Pandai dan sehat terus ya nak kamu....

Akhirnya, end up-lah saya di opname lagi untuk diobservasi. Tes urin lagi, tes darah lagi. Hasilnya sih cukup baik. HRCRP saya juga bagus. Bahkan saat baby direkam jantung, kondisinya bagus, geraknya jg aktif. Seneng dan sedikit lega sama hasilnya. Padahal kata salah satu dokter, biasanya kalau kekurangan air ketuban itu baby jadi nggak banyak gerak karena ruangnya sudah terbatas. Dampak ke ibu kalau baby gerak juga rasanya linu dan sakit rasanya. Selama di RS selain dimonitor kondisi air ketuban, kondisi baby, saya juga dikasih diet tinggi kalori tinggi protein, treatment perbaikan jaringan ketuban yang kemungkinan menyebabkan rembes dengan inject vitamin C, dikasih antioksidan dan antibiotik untuk kemungkinan infeksi. Dopping dengan berbagai cara deh pokoknya.

Kalau ditanya kondisi saya ini kenapa dong ya? Hasil tesnya kan smua bagus?? Wallahualam. Semua nggak lepas dari kuasaNya. Insyaallah Tuhan nggak akan kasih cobaan yang melebihi kemampuan hambaNya. Yang bisa kita lakukan meskipun nggak gampang karena kita juga manusia, ada kalanya kita kuat dan tegar, ada kalanya kita merasa lemah dan takut. Never loose hope. Ikhtiar terus, berdoa, dan terus terus terus nyoba untuk stay positive.

Sekarang hari kedua saya di rumah, mudah-mudahan si baby sabar nunggu paling nggak 3 minggu lagi untuk launch yah! Suster dan dokter di Citra Ananda juga pada pesen, "Sehat terus ya bu sama si baby, supaya bisa cukup bulan dan bisa lahiran di Citra Ananda. Kita pada penasaran sama baby-nya."
Tuh nak, banyak yang doain supaya kita sehat-sehat. Bapak juga kemarin sampai nggak kerja berapa hari nungguin ibu, ngeladenin pagi-siang-malem bantuin pipis di pispot supaya ibu nggak perlu turun dari tempat tidur. Akhirnya tepar juga batpil karena istirahatnya nggak maksimal, harus tiap hari bobo di sofa. Insyaallah kita bisa yah 3+ minggu lagi!! Bismillah.

We love you so so much. :*

Thursday, December 3, 2015

My Baby Bump: Hospitalized! Part 1 :( (29 - 31 weeks)

Jadi yaaa... Curhatan ini saya buat di rumah saat bedrest di minggu ke-31 usia kehamilan saya.

Gini nih kronologis sampe saya mendadak bisa di opname:

Sabtu, 21 November 2015
Mulai kontrol reguler 2 mingguan setelah minggu ke-28. Alhamdulillah semua baik, yang jadi catatan berat baby di minggu ke-30 agak kuyus kata dr Ivander. Disaranin untuk banyak makan protein seperti daging sapi, ayam, atau paling nggak 2 butir telur sehari untuk ngejar berat baby yang 'cuma' 1.350 gram, sedangkan kalau saya lihat di chart berat janin di ukuran 30-31 minggu harusnya udah 1.400 - 1.500 gram.
Satu lagi catatan dari dokter, katanya jarak kepala baby ke leher rahim kok udah dekat.. Saya ditanya, sering kontraksi nggak? Saya bilang, kalau perut kencang-kencang sih hampir tiap sore. Akhirnya dokter resepin Duvadillan untuk diminum kalau perut berasa kencang.

Selasa, 24 November 2015
Weekly meeting seharian di kantor. Rasanya agak sesak napas, apalagi si bayik dalam perut hari itu lg polah luar biasa. Nyundul atas rusuk bikin nggak bisa nafas, nyundul ke bawah bikin pengen pipis. Dibawa jalan perut rasanya kayak mau jatuh ke bawah. Makin sore, rasanya kok perut makin kenceng ditambah mules, pinggang pegel seperti mau haid. Di sini feeling saya udah agak nggak enak nih. Saya udah ngabarin suami, minta tolong on time jemputnya soalnya pinggang saya berasa mau patah. Segala posisi duduk atau berdiri udah nggak enak aja bawaannya.
Di jalan saya sempet Whatsapp dr Ivander, nanya beda kontraksi palsu dan kontraksi aali itu seperti apa. Katanya sih kalau kontraksi palsu itu hanya sebentar-sebentar dan sakitnya nggak makin intense.
Sampai di rumah saya bawa tiduran, karena biasanya sih kalau perut lagi kenceng trus saya bawa istirahat malemnya, paginya udah lumayan lah rasanya.

Rabu, 25 November 2015
Bangun-bangun perut masih terasa kenceng, badan juga rasanya capekkk banget. Akhirnya saya izin bedrest sehari deh ke kantor. Sorenya, suami ngajak saya check up lagi ke dokter. Awalnya saya nggak mau, saya bilang ke suami, "Nggak usahlah. Aku istirahat aja. Biasanya kalau lagi gini ak istirahat juga baikan lagi kok. Ntar ak dikirain bawel lho, dikit-dikit kontrol *parno sendiri*". Feeling saya udah jelek aja waktu itu, entah kenapa. Akhirnya sih tetep berangkat juga kontrol, dan kali ini ibu saya pengen ikut. Jadilah kita bertiga ke dokter.
Sampai di ruang dokter, USG belum sampai 5 menit, raut muka dokternya agak berubah gitu, "Kita ranap yah?"
Saya yang masih belum ngeh ranap apaan ngangguk bingung sambil kemudian nanya, "Ranap apaan dok?"
Dr Ivander senyum sambil jawab, "Rawat inap, bu. Di sini saya ukur kepala baby sama leher rahim jaraknya tinggal 3 cm aja lho."
Saya liat ke monitor USG dan ngeliat sekilas kepala baby saya semangat banget nyundul ke bagian bawah. Deg! Speechless deh.. Baby saya kan masih 30-31 minggu. Terakhir kontrol kemarin aja dr Ivander sempet bilang supaya saya naikin berat badan janin yang baru 1.350 gram. Duh! Gimana kalau begini, gimana kalau begitu? Berbagai bayangan melintas di benak saya. Rawat inap kok rasanya leads to many unpredictable things yang nggak ada di bayangan saya sebelumnya, "Dok, ada alternatif lain nggak selain rawat inap?"
Dr Ivander bilang dia ingin masukin obatnya lewat infus, dan untuk precaution mau kasih 4x suntik penguat paru untuk janin. Huff.. Ya sudahlah, meskipun rasanya ga pengen (lebih ke rasa takut sih sebenernya), tapi mau nggak mau saya nurut deh demi si baby.
prosesnya cepet banget. Saya masuk ke kamar langsung dipasangin infus sambil nunggu disuntik penguat paru yang pertama kali. Setelah infus terpasang, baru deh saya ngerasa agak "shock", gimana dengan baby saya? Is he going to be ok?
Seakan-akan tahu kalau ibunya cemas, si baby malah makin heboh nendang dan nyundulnya. Bener-bener nggak berhenti. Bikin saya yang tadinya masih bisa becanda-becanda, jadi nangis deh karena ketakutan. Makin deres airmata yang keluar, baby makin heboh geraknya. Setelah ibu saya pulang dianter suami, sekaligus ambil baju untuk di RS, saya seperti tersadarkan bahwa saya HARUS tenang supaya si baby juga ikut cemas di dalam. Saya cari headset dan saya putar musik klasik dan MP3 alquran yang biasanya saya perdengarkan ke baby. Saya ajak ngomong terus kayak orang gila bahwa kita berdua harus tenang, we've been thru ups and down bareng-bareng selama 7 bulan ini. Eventually everything is going to be Ok. This too shall pass. Tempat terbaik si adik kecil saat ini adalah di rahim saya sampai saatnya nanti dia sudah bisa mandiri sendiri. Rahim sayalah tempat yang paling nyaman. Ayo, nak! Kita harus kerjasama. Begitu terus saya ucapkan berulang-ulang. Nggak lama kemudian saya merasa gerakan baby makin anteng. Alhamdulillah. Malam itu meskipun sudah jauh lebih tenang hati saya, tapi saya baru bisa terlelap sekitar jam stengah 4 pagi.

Kamis, 26 November 2015
Paginya saya diambil darah dan sampel urin untuk di cek di lab. Dokter curiga saya ada infeksi yang menyebabkan baby turun ke bawah lebih cepat dari waktunya.
Setelah itu saya di CTG. Hasilnya kondisi si baby baik, detak jantungnya berkisar di 145, normalnya antara 120-160 kata suster. Saya juga di cek apakah ada rasa deg-deg an atau nggak, karena katanya Bricasma atau obat kontraksi yang dimasukkan melalui infus efek sampingnya dapat menimbulkan jantung berdebar. Memang sih detak saya terutama semalam lebih cepat, tapi saya bilang ke dokter jaga kemungkinan itu karena perasaan cemas yang saya alami.
Sorenya jam 5, jadwal kontrol sama dr Ivander lagi, pas di USG, jarak kepala baby dengan leher rahim masih sama seperti kemarin. Huhuhu.. Si bayik nggak bisa ya masuk gigi R dulu sampai nanti full term? *ngarep*
Tapi selain itu semua pemeriksaan menunjukan hasil yang baik. Kontraksi jauh berkurang. Air ketuban cukup, plasenta masih Ok, berat badan baby malah sekarang ini sudah nambah sekitar 300 gram dalam waktu 5 hari jadi 1.682 gram sejak hari Sabtu kemarin. Alhamdulillah! Meskipun kata dokter, beratnya masih harus ditambah lagi. Ayolah, nak! Kita genjot lagi proteinnya :)
Karena kondisi saya yang membaik, dokter mutusin untuk copot infus saya dan di observasi malam ini. Kalau sampai terjadi kontraksi, bisa minum obat Duvadillan secara oral dengan dosis 1/2 butir sekali minum. Yes! Artinya besok sudah bisa pulang dong.. Seneng dengernya.
Tapi ternyata...
Sejam setelah lepas infus, perut saya kenceng-kenceng lagi. Jam stengah 7 malam saya panggil suster dan sama suster diminumin duvadillan. Suster bilang kalau sampe jam 7 masih kontraksi juga (Oohh.. Ternyata itu kontraksi tho?), segera panggil suster yang kebetulan lagi mau ada tindakan di lantai 1.
Jam 7 perut makin nggak nyaman rasanya, plus sekarang ditambah mules. Hiks.. Mulai worried deh. Mana pas di situ ada kejadian yang kurang menyenangkan pula. Tapi ya sudahlah, saya anggap itu manner dari individu bukan pelayanan dari RS-nya. Toh selama ini saya nggak pernah ada masalah sama pelayanan dari RS, apalagi dokternya.
Long story short, karena kontraksi saya nggak berhenti, menurut suster dalam 10 menit sudah 3x kontraksi meskipun durasi rata-ratanya "cuma" 10 detik aja, akhirnya dr Ivander instruksikan untuk pasang infus lagi deh :(
Segera setelah infus dipasang, kontraksi berangsur-angsur hilang.

Jumat, 27 November 2015
Dr Ivander mutusin untuk kasih antibiotik yang aman untuk bumil ke saya, takutnya ada infeksi yang nggak terdeteksi, selain itu drop obat kontraksinya juga diperlambat untuk dilihat kembali, apakah kontraksi datang lagi atau nggak. Meskipun perut terkadang masih suka agak kencang, tapi sudah nggak seperti kemarin lagi.
Yang menarik hari itu saya dikunjungi sama dokter, yang awalnya saya pikir dokter jaga. Orangnya simpatik, periksanya juga cukup detail meskipun si pak dokter bukan dokter saya. Belakangan saya baru ngeh kalau itu ternyata dr Ivan Sini, yang punya rumah sakit hehehe. Keren juga si pak dokter nyempetin visit pasien yang bukan di tempat prakteknya. Setau saya dr Ivan Sini emang nggak praktek di RS Citra Ananda, melainkan di RS Bunda Menteng. Saya tahu karena pernah nonton Youtube dr Ivan Sini mengenai kehamilan dan persalinan bareng sama DSA, dr Tiwi di RS Bunda Menteng.

Sabtu, 28 November 2015
Siang itu infus coba dicopot utk di-observe kontraksi lagi atau nggak. Alhamdulillah ga ada kontraksi lagi..
Sorenya pas kontrol lagi sama dr Ivander, dilihat jarak kepala baby masih 3 cm juga. Tapi dr Ivander bilang.. Bright side-nya, jaraknya ga tambah memendek. Kalaupun nanti harus dilahirkan di bawah 37 minggu harusnya baby sudah lebih siap dilahirkan di atas 34 minggu karena sudah sempat suntik penguat paru. Atau ada juga alternatif lain yaitu ikat rahim, nanti kalau sudah 36 minggu, ikatannya dilepas. Saya coba browsing mengenai ikat rahim. Jadi yang saya dapat info, ikat rahim itu biasanya tindakan yang dilakukan pada bumil yang leher rahimnya pendek atau yang sudah mengalami keguguran berulang. Tindakannya melalui vagina, bukan operasi/belek perut. Jadi rahim kita diikat dengan karet/benang khusus untuk mencegah rahim "terbuka" (saya kok jadi kebayang balon ya?). Tapi bayangin kemungkinan-kemungkinan itu kok saya malah ngeri ya. Ini anak pertama saya. Nggak akan ada yang tahu dampak ke depannya apa untuk rahim saya. Ibu saya pun pada saat saya ceritain alternatif tersebut, ga setuju. Ya sudahlah. Kita positive thinking, berdoa sama Allah SWT dan ikhtiar saja dengan bedrest dan jaga kondisi supaya nggak terlalu capek. Dr Ivander bolehin saya istirahat di rumah dan kurangin aktivitas. Under the circumstance, akhirnya saya putuskan untuk unpaid leave karena saya nggak mau ambil resiko. Dari kantor pun menyetujui. Istirahat bareng ibu ya, nak. Kita leyeh-leyeh dulu aja di rumah. Semoga kamu sehat, ibu pun sehat sampai setelah persalinan cukup waktu nanti. Amin YRA.

Bapak-Ibu Love you.

<TO BE CONTINUED>

Friday, November 13, 2015

My Baby Bump: USG 4D Screening. Welcoming 3rd Semester of My Pregnancy (23-28 weeks)

Finally.. Trisemester ke-3.
Perut saya makin membulat, dan makin mirip org hamil. Hahaha.. Abis kmrn orang-orang pada bilang hamilnya kecil. Dikira diet, padahal masuk bulan ke-7, berat badan saya sudah naik 9-10 kg lho.. Nggak ada diet-dietan sama sekali. Perkiraan saya sih 2 bulan ke depan bisa naik sampai 3 kg lagi. It's ok lah. Yang penting baby sehat :)

Flashback dikit, di minggu ke-22 kemarin sy sempet parno. Si baby yang biasanya aktif gerak, tiba-tiba super anteng suatu hari. Entah gimana, saya jadi panik. Malemnya pulang kantor, saya sama suami langsung buru-buru ke dokter. Ndilalah kok pas jalanan super stuck, padahal saya udah on time pulang kantornya. Akhirnya saya kontak dr Ivander dan cerita situasinya. Long story short, meskipun agak telat beberapa menit dan dengan baik hatinya dr Ivander masih mau nungguin sampe kami dateng, pas di-USG, eh si baby di dalem malah gerak-gerak jahil di perut ibunya. Padahal tadinya dia anteng seharian. Hadeuh.. Bayik kecil.. Kamu sempet bikin panik ibu aja sih.. :)

Ga cuma itu aja.. Di minggu 24 atau 25 ya? Saya agak lupa, saya flek lagi.. Tapi kali ini karena sudah terlatih (Jiahh.. Terlatih kok untuk ngadepin flek), saya udah nggak nangis bombay lagi. Kebetulan si baby juga geraknya masih aktif, jadi saya cuma izin ke kantor aja untuk bedrest. 

Kalau di TM 2 saya malah ngerasa aktif, energik, masuk TM 3 mulai kepayahan lagi nih. Mulai suka sesak napas,  ga bisa tidur kalo malam hari alhasil siangnya di kantor ngantuk. Hehe.. 
Kalau sudah agak sore-an dikit, perut tuh berasa mau jatuh ke bawah dan sekenceng bola basket. Mungkin karena kebetulan aktivitas di kantor lagi agak riweuh kali ya.. 

Di TM 3 ini, gerakan baby yang sy rasain nggak cuma nendang atau nyundul aja. Tapi saya udah mulai berasa kalo si baby nyikut atau lututnya menggeser.. Rasanya serrr-serrr gimanaa gitu. Selain itu saya bisa ngerasain kalo si baby lagi cegukan. Rasanya seperti kedutan tapi konstan. Kadang suka kasihan kalo dia cegukan. Menurut artikel yang saya baca, kalo si baby cegukan artinya si baby lagi belajar bernapas dengan menelan air ketuban, kalo nelennya kecepetan, jadi hiccup deh. Duh.. Pelan-pelan aja ya, nak belajarnya... :)

Nah! Masuk ke minggu 28, saatnya kontrol sekalian yang ditunggu-tunggu, USG Screening 4D yang 1 jam di RSIA Citra Ananda. 
Saya bikin appointment ke Citra Ananda 2 hari sebelumnya untuk hari Sabtu. Sengaja saya pilih hari Sabtu karena kalau weekdays, waktunya pasti nggak ngejar dari kantor. 

Di hari H-nya, saya datang sama suami dan mama saya. Seperti biasa, saya selalu deg2an kalau mau USG. Berasa kayak mau ketemu gebetan aja. Hahaha.. Udah 6 minggu nih nggak ngeliat si baby di layar monitor. Terakhir kontrol di minggu 22 beratnya masih di kisaran 500 gr. Kalau sekarang udah berapa ya beratnya? Udah bisa ngapain aja ya si baby? Hihihi.. Penasaran rasanya. Saking penasarannya, saya sampai nulis di HP, list yang mau ditanyain nanti sama dr Ivander. Maklum, saya tuh orangnya pelupa. Kalo udah di ruang kontrol dokter kayaknya blank apa yang mau ditanyain, begitu otw pulang baru deh inget. Hehehe

Overall, saya puas banget hari itu jadi tau kondisi baby, nggak cuma profil wajah yang kebetulan entah kenapa si baby yang biasanya suka show off sama bapak ibunya, hari itu malu-malu banget sama eyang-nya. Mukanya sampe ditutupin dan beberapa kali balik badan munggungin stick USG waktu mau disorot ke mukanya. Heuheu.. Selalu ada-ada aja sih, nak gayamu tu lho.. Tapi saya juga dapat banyak info mengenai perkembangan organ dalam baby saya. Dr Ivander detail dan sabar nerangin satu-persatu, sampai untuk hal-hal yang mungkin luput dari perhatian orang awam kayak saya. Jadi nambah pengetahuan lagi deh dikit-dikit, plus memperkuat bonding saya dan suami dengan si baby yang 7 bulan ini sy gendong kemana-mana. Malah malamnya suami saya sampe kebawa mimpi saking penasaran sama profil muka si baby yang udah jauh lebih ndut-an itu. Hihihi.. Lucu sekali!!



Berbagai ekspresi jagoan kecil kami. Dari cembeyut, nyengir, sampai monyongin mulutnya :)

Yang pertama diliatin sama dokter adalah bagian otaknya. Bagian otak kecil, otak kanan - kiri, dan pemisah diantaranya yang alhamdulillah semuanya terlihat baik. Setelah itu kita juga diliatin paru-paru, pencernaan dan sekitarnya. Bagian pemisah antara bagian dada dan perut, bahkan kantung kemihnya juga kelihatan. Lucunya pada waktu awal dilihatin, kantung kemihnya nggak kelihatan. Saya udah sempet ngerasa DEG! aja.. Tapi kata dr Ivander, kalo lagi nggak keliatan kemungkinan si baby abis pipis (wow! Ternyata baby juga udah bisa pipis lho di perut). Sambil nunggu kantung kemihnya terisi lagi dr Ivander sempet nunjukin bagian lainnya. Pas balik lagi ke bagian kantung kemih, keliatan deh tuh bulat-bulat hitam kecil yang udah keisi (pipis) lagi. Secara nggak langsung artinya ginjalnya berfungsi dengan baik. Air ketuban di-cek juga baik, kondisi plasenta juga Ok. Berat badan baby kata dokter di kisaran 1.2 -1.3 kg. Alhamdulillah.. Tumbuh kembangnya sesuai dengan tabel yang saya pernah lihat.

Oya, dokter juga nunjukin katup kiri dan kanan jantung. Ada bagian yang masih terbuka saat itu. Kata dr Ivander itu wajar. Katup itu nantinya akan tertutup saat bayi pertama kali menangis. 
Dari USG kemarin, kita juga bisa lihat bahwa si baby ada terlilit tali plasenta di leher. Namun untungnya, tangan si baby ada yang berada di bagian bawah tali plasenta ini, jadi masih ada kemungkinan tangannya bisa melepas lilitan. Aduh, nak! Hati-hati ya kamu. Seperti yang ibu sering bilang, boleh mainin tali plasenta tapi tetap hati-hati ya...

Selain organ dalam, tiba nih waktunya untuk lihat profil wajah jagoan kecilnya Seto. Eh! Ini bayik begitu disorot mukanya kok malah nutup mukanya pake tangan dan langsung munggungin om dokter deh. Tumben bener. Si dokter sampe bolak balik harus nunjukin bagian lain dulu. Lucunya, tiap si dokter lagi beralih ke bagian lain, si baby balik badan lagi. Begitu si dokter buru-buru balik ke bagian muka lagi, si baby kayak sengaja balik badan lagi gitu. Hadeuh.. Isengnya mirip siapa sih nih?

Ekspresi baby, meskipun nggak begitu keliatan jelas diantara ketutupan tangan, kehalang tali plasenta dan aksi peek-a-boo nya dia, cukup bisa nunjukin beberapa ekspresinya dia yg lagi cembeyut, nyengir, dan monyong-monyongin mulutnya. Asli! Bikin gemes!! Dr Ivander bilang, "Wah idungnya agak lebar nih. Mirip siapa yah.. (Dia liat idung saya sekilas), mirip bapaknya nih kayaknya.". Hihihi.. Emang kalo saya perhatiin sih, raut mukanya mirip kayak Seto. Tapi tulang hidungnya agak tinggi seperti saya, dan bibirnya juga kayaknya agak tebal seperti saya deh. Hehehe. Pas lagi USG 2D, Kita bisa liat bahwa si baby juga udah punya rambut lho. Kata Seto rambutnya tebal. Kalau saya sih nggak ngeh rambutnya tebal atau nggak. Yang kelihatan hanya bayangan putih gitu. Hehehe.

Satu hal lagi, saat ini posisi kepala baby sudah di bawah. Malah kemarin sempat nyundul-nyundul pas di USG (ini nih yang bikin saya mendadak pengen pipis), kata dokter itu baby-nya lagi cari jalan keluar. Hehehe, pandai banget sih anakku. Sabar yah nak! Kita ketemu Bulan Januari nanti. Mudah-mudahan kamu posisi kepalanya tetap di bawah, leher bisa lepas dari lilitan tali plasenta, sehat-sehat terus dan bisa lancar lahiran normalnya. Kita kerjasama ya, nak kalau tiba waktunya nanti :*

Saya sudah dianjurkan untuk kontrol 2 minggu sekali. Wow! Seakan menyadarkan saya, betapa makin dekatnya saya dengan due date si baby yah. Untuk vitamin, di TM 3 ini selain kalsium dan omega 3, sekarang saya juga dikasih penambah darah juga.



Terlihat lilitan tali plasenta di leher bayik.. Mudah-mudahan menjelang kelahiran nanti bisa lepas yah!

Selesai dari ruang dokter, pas lagi di kasir nunggu obat dan lakukan pembayaran, saya dipanggil dan dikasih gift dari pigeon gitu. Isinya Baby Wash 2 in 1 dan Baby powder. Selain itu saya juga dikasih voucher cashback 1 juta kalau saya caesar. Saya sempet nggodain susternya, "Nanti kalau saya lahiran normal, nggak bisa pake vouchernya ya, sus?" Hehehe. Ngarep boleh dong yaaa.. Oya, untuk USG screening 4D durasi 1 jam ini, saya dapat beberapa print foto USG hitam putih, berwarna dan CD-nya. Untuk biaya, total jendral saya cukup mengeluarkan 530 ribu saja. Compare sama USG Screening 4D di RS lainnya ya, menurut saya di Citra Ananda cukup ekonomis.



Bukti konkrit jagoan kecil, Hehehe

Baiklahh... Sekian dulu cerita saya di kontrol kehamilan minggu ke-28 ini. Sampai ketemu lagi di sharing-sharing tentang kehamilan saya berikutnya yah... :)

Voucher cashback Rp 1 Juta untuk Operasi Caesar dari Citra Ananda
Pigeon Gift dari Citra Ananda

Saturday, October 17, 2015

My Baby Bump: Ooh.. Gini tho rasanya senam hamil :)

Pas masuk minggu ke-24, perut udah mulai keliatan membuncit, akhirnya saya memberanikan diri nih nyobain ikut senam hamil di tempat saya biasa kontrol, RSIA Citra Ananda. Sebenernya dari dokter kandungan saya, dr Ivander udah encourage saya untuk ikut senam hamil sedini mungkin, cuma sayanya aja yang masih "malu", karena perutnya masih kecil, belum keliatan kalo hamil. Hehehe.

Konfirmasi by phone paginya sebelum berangkat, menurut resepsionis Citra Ananda. langsung datang saja, senamnya dimulai jam 09.00 WIB dengan biaya yang relatif terjangkau, hanya Rp 20 ribu untuk 1 sesi senam hamil selama 1 jam.

Sesampainya di Citra Ananda kita emang telat datangnya, padahal rumah termsuk dekat ya, huhuhu.. Kebanyakan inyak-inyuknya sebelum berangkat sih. Hihihi.
Saya dan suami sampe sana baru sekitar jam 09.15 WIB. Setelah bayar pendaftaran, saya langsung diantar satpam ke lantai 2. Tadinya suami juga mau ikut masuk, kirain senamnya ini termasuk yang bareng sama suami-suaminya gitu lho.. Eh, ternyata setelah dilihat-lihat, yang ada di dalam aula cuma bumil-bumilnya aja. Hihihi. Ya udah, akhirnya suami saya nunggu di luar ruangan deh.

Ruangannya sendiri nggak terlalu besar, dibagi menjadi 9 matras. 8 matras untuk peserta dan 1 matras untuk instrukturnya, Mbak Maretha. Karena senam hamilnya udah keburu mulai, saya buru-buru duduk di 1 matras yang tersisa. Nggak sampe 10 menit kemudian, masuk lagi 1 bumil yang juga telat datangnya. Untungnya masih ada 1 cadangan matras lagi, kalau nggak kasian instrukturnya ntar nggak kebagian matras karena dipake sama semua peserta. Hihihi.

Saya melihat ke sekeliling, sepertinya yang pada ikut hamilnya udah di atas 7 bulan semua yaa.. Perut saya yang menurut saya udah keliatan buncit aja, rasanya nggak ada apa-apanya nih kalau dibandingin sama ibu-ibu yang lain. Huhuhu, apa saya kecepetan ya ikut senam hamilnya? Ah cuek aja deh.. Instrukturnya juga sabar banget kok, apalagi sama saya yang mungkin masih keliatan newbie kali yah, masih bego soal teknik pernapasan lewat perut dan beberapa kali posisi "ngengkang" saya juga dibenerin sama Mbak Maretha, dibuat lebih lebaaaar lagi.. Masih malu-malu ngengkangnya nih. Padahal ntar kalo pas hari H-nya udah nggak ada manis-manisnya kali ya, "posisi"nya. Hahaha.

Selain teknis pernapasan, kita juga diajarin proses persalinan normal, gimana napasnya yang bener, gimana cara "mengejan" yang bener yang sampe bikin bagian "bawah" kita bisa kembang kempis -> Nah. Kalo yang ini, saya belum sukses nih prakteknya. Kayaknya harus lebih banyak latihan lagi nih. Untung aja ikut senam sejak dini, paling nggak pada hari H-nya nggak blank-blank amat. Meskipun sih banyak yang bilang juga katanya senam hamil itu nggak ngaruh, semua bisa buyar pas si kontraksi beneran dateng. Hehehe. Entahlah, mungkin ada benernya juga ya, tapi seenggaknya dengan ikut senam hamil ini kita bisa sedikit terlatih untuk bisa fokus konsentrasi pada teknik pernapasan, jadi mudah-mudahan siiih.. Bisa sedikit distract sakit pada saat kontraksi datang.

Minggu itu saya lagi beruntung, karena salah satu bumil yang ikut senam juga seorang dokter, jadi abis sesi senam selesai dan kita dikasih waktu buat istirahat, tiduran selama 5-10 menit, dan setelah itu dibagikan snack box, kita bisa sekalian sharing session deh sama si ibu dokter ini. Lumayan seru sih.. Jadi nambah pengetahuan lagi deh :)

Nggak kerasa ternyata udah jam 11.30 aja lho.. Karena waktu udah siang, kita bubar jalan deh. Suami nanya saya seneng nggak ikut senamnya? Saya bilang, seneng karena jadi lumayan nambah ilmu soal persiapan kelahiran normal saya nanti, Insyaallah. Tapi saya rasa senam rutin seminggu sekalinya dimulai pas minggu 30 ke atas deh. Sementara ini mau saya praktekin di rumah dulu aja. Untuk bulan ke-6 dan 7 ini paling saya dateng 2 minggu sekali aja dulu yah (Teteup.. Males bangun pagi pas weekend-nya kambuh. Hihihi. Maafkan ibumu ya, nak ;))