Friday, March 13, 2015

The Only Exception

There once a guy, my ex, sang 'The Only Exception' by Paramore to me while accompanying me ate Sushi, he never liked Sushi and never will, if it was not me, he'll say NO to the idea of eats sushi, he said. It was flattered me at that time.

Later on, I decided to leave him 'cause i caught him having affair with several women. Not one, but several. Lol.
But that song always touches my heart. Not because of the memory of my ex (duh!), but I think the lyric is so true..
Lying, cheating, having affair, or whatever the terms that related to doing something behind our partner's back.. makes me think how we as a human can't never be satisfy enough with what we have. We always wanted more.. We always have a reason to want more. Probably more than we can bare.

Every single time we put trust on someone and find out that they broke it, but we still have the strength to reassemble our heart once again, i know that there's still love deep down.
On the the other hand those broken trusts makes me enjoy keeping a comfortable distance. A shield just to make me save. A feeling behind a feeling. Just a precaution of not getting hurt.

Anyhow, we all must have that someone that will always be our exception. No matter how they had hurt us before, and probably will hurt us again in the future..

And as the opposite from the lyric of 'The Only Exception', even though i've been through several broken promises, I still believe that love does exist :)

Saturday, January 17, 2015

TTC: Percobaan Pertama Gagal, Program Hamil Jalan Terus!

Udah sempet GR kalau hamil, eh... kemarin 16 Januari 2015, akhirnya si haid yang biasanya nongol seenak udelnya malah nongol hampir tepat waktu. Cuma telat sehari. Huh. Rasanya sebel-sedih-sedikit bersyukur (Iya.. Kalau kata orang Jawa, setiap peristiwa mau bagaimanapun sialnya, masiiih juga ada 'untung'nya :p). Bersyukurnya ya karena akhirnya bulan ini siklus saya yang biasanya telat bisa sampai berminggu-minggu bisa 'cuma' telat sehari. Mudah-mudahan sih ini menandakan siklus saya sudah normal, supaya bisa gampang dihitung masa suburnya :)

Oke lah saya coba ceritain mundur ke belakang sedikit sesaat setelah suntik pemecah sel telur yang pertama kali tanggal 30 Desember 2014 yang lalu.

Seperti kata dokter, sehari setelah suntik pemecah sel telur artinya saya masuk ke masa ovulasi. Saya dianjurkan berhubungan sehari sebelum masa ovulasi, pada hari ovulasi atau sehari setelah disuntik dan rutin selang sehari untuk menjaga kualitas sperma suami agar tidak terlalu sering dikeluarkan (kok ngerasa agak saru yaa bacanya. Hahaha.. Yo wiss lah.. Ini kan nggak bermaksud cerita jorok ya, tapi untuk sharing informasi. Hehehe)
Singkat kata ya... Kita 'usaha' lah.. 
Sampai di akhir minggu pertama Bulan Januari kok perut kiri saya suka cenat-cenut, trus nanti pindah ke sisi perut kanan yang seperti ditarik-tarik, tulang ekor juga suka sakit. Dalam hati saya mbatin, apa mungkin ini lagi proses pembuahan ya? Saya baca kalau proses pembuahan itu kan bakal embrio sedang membelah dari 2 sel menjadi 4 kemudian 8 sel dst-nya. Saya bayangkan di dalam perut saya si bakal embrio lagi mencari tempat yang nyaman untuk menempel untuk kemudian dia berkembang nantinya sampai jadi jabang bayi. 
Keyakinan kalau saya hamil didukung dengan suhu tubuh saya makin meningkat dari hari ke hari. Sengaja saya ukur suhu tubuh saya setiap malam, suhunya naik kurang lebih 0.1 derajat celcius setiap hari. Ini berlangsung kurang lebih 4 hari. Menurut yang saya baca (baru hari ini) sih, kalau memang hamil harusnya suhu tubuh akan naik terus sampai Test Pack menunjukan tanda (+). 
Mungkin ada benarnya ya.. Karena suhu tubuh saya yang naik hanya bertahan beberapa hari saja, kemudian menurun sampai akhirnya datanglah si haid. Yang artinya pembuahannya berarti tidak berhasil dengan baik, atau entah apa yang terjadi di dalam sana. Wallahualam.

Saya sih sudah sempet ngerasa ada yang nggak beres saat suhu tubuh saya mulai turun, karena berangsur-angsur rasa sakit dan 'keras' di perut juga menghilang. Karena curiga, pada tanggal 15 Januari 2015 saya memutuskan untuk Test Pack. Benar saja, hasilnya (-). Tepat keesokan harinya haid datang seolah membenarkan hasil test pack saya kemarin.

Sedih? Pasti. Kehilangan semangat untuk usaha? Nggak. Hari Senin minggu depan saya akan kembali ke dokter untuk melanjutkan program kami. Sampai sejauh ini memang betul usaha kami belum membuahkan hasil, namun saya melihat begitu banyak kemajuan yang saya alami.
Saya ingat awal-awal ke dokter, di layar USG menunjukan sel telur saya yang super kecil-kecil dan banyak, yang artinya saya didiagnosa PCOS. Sempat dikasih multivitamin (yang harganya cukup mahal) untuk saya dan suami yang bikin saya mabok berat setiap hari dan sedikit bikin pekerjaan terganggu karena mood swing yang parah. Akhirnya saya putuskan untuk berhenti konsumsi vitamin tersebut (tanpa bilang ke dokter, takut diomelin. Hahaha) dan menggantinya dengan vitamin yang mengandung salmon oil dan rutin minum asam folat dari ibu saya saja. Hasilnya sel telur saya ada 1 yang besar di bagian kiri, tapi ukurannya terhenti di 12 mm sehingga dokter memutuskan untuk memberi saya obat penyubur saat saya haid sehingga akhirnya bulan lalu sel telur saya bisa mencapai 19 mm. Eh... Saat sudah mencapai ukuran normal, masih ada aja yang bikin saya deg-degan karena katanya dinding rahim saya tipis. 
Hufff.. Perkataan dokter itu membuat saya berpikir, jangan-jangan kemarin itu pembuahan sudah hampir berhasil namun karena kondisi dinding rahim saya yang tipis, bakal embrio tidak bisa menempel dengan sempurna. Dengan pertimbangan tersebut, saya coba menghubungi senior saya waktu kuliah dulu, Mbak Ayu.
Sewaktu saya menulis tentang PCOS pertama kali, senior saya ini sempat menghubungi saya dan bercerita bahwa ia pun juga mengalami hal yang sama dengan saya, dan saat ini  alhamdulillah sedang mengandung 7 bulan, karena rutin konsumsi Vitex, Royal Jelly, dan Salmon Oil dari Mbak Merryani Djaja. Waktu itu memang akhirnya saya nggak kontak Mbak Merry lebih lanjut dengan pertimbangan memang suami saya lebih prefer kita usaha lewat dokter aja terlebih dulu jangan digabung-gabung dengan obat lain, takutnya nanti perut saya malah bingung. Begitu katanya. Maka saya nurut aja.

Sampai kemarin, akhirnya saya memutuskan untuk mencari lagi kontak Mbak Merry. Pikir saya, nggak apa-apa lah di combine. Toh ini obat herbal juga. Lagipula saya juga udah nggak konsumsi vitamin dari dokter lagi, jadi bisa dibilang ini adalah pengganti vitamin dari dokter. 
Akhirnya setelah banyak nanya sama Mbak Merry yang welcome banget nanggepin pertanyaan-pertanyaan saya, saya dianjurkan untuk konsumsi Royal Jelly dan Salmon Oil plus cream NPC. Saya nggak disarankan untuk minum Vitex seperti senior saya, karena katanya siklus saya sudah teratur (untuk bulan ini). Saya sih setuju aja, karena saya pikir toh nantinya saya akan dapat obat penyubur dari dokter yang akan mengatur siklus haid saya, jadi saya anggap itu pengganti Vitex.

Oya, sedikit informasi, Vitex itu fungsinya memang untuk menyeimbangkan hormon kita. Menurunkan Prolaktin, membuat siklus haid jadi teratur dan merangsang ovulasi.
Sedangkan Royal Jelly fungsinya untuk membesarkan sel telur. Salmon oil  berfungsi untuk melancarkan peredaran darah ke rahim, dan cream NPC merupakan krim progesteron berbentuk lotion berasal dari bahan herbal yang salah satunya menebalkan dinding rahim sehingga telur yang dibuahi nantinya bisa menempel kuat di dinding rahim.

Bagi yang ingin pesan Vitex/Royal Jelly/Salmon oil/Cream NPC bisa kontak langsung dan konsul dengan Mbak Merry ya di WA dengan nomor 0877 8150 2062. Mbak Merry ini dulu katanya juga didiagnosa PCOS juga, namun dengan konsumsi rutin obat-obatan herbal di atas, akhirnya berhasil dikaruniai anak.
Usaha apapun selama itu baik, dan tidak mengganggu aktivitas saya sih akan saya jalani sebisa saya deh.. Siapa tahu dengan 'ke-keras kepala-an' saya ini, Allah SWT akhirnya mengabulkan doa saya dalam waktu dekat. Amin! :)





Friday, January 16, 2015

Wonderful Malang - End of Year Trip 2014

Alhamdulillah di penghujung tahun 2014 saya dan suami masih diberikan kesempatan untuk melaksanakan End Of Year Trip.

Wonderful malang 2014 - End of Year Trip

Sebenarnya ini perjalanan yang perencanaannya paling minim diantara semua perjalanan yang pernah kami lakukan. Seperti yang sudah bisa ditebak, sesuatu yang nggak pakai perencanaan kemungkinan missed di sana-sininya lebih besar. Hehehe. Tapi nggak apa-apa sih, namanya juga pengalaman. Orang nggak akan belajar kalau nggak pernah buat kesalahan, kan? ;)

Ide jalan-jalan ke Malang ini awalnya cuma wacana saja. Awalnya saya lebih tertarik untuk 'tek-tok' Singapore - Jakarta, pengen ngerasain gimana rasanya nginep di Bandara Changi trus jalan-jalan 2 hari 1 malam di Singapore. Hihihi.. Tapi karena kebetulan akhir tahun ini baik saya dan suami lagi agak hectic sama urusan masing-masing (baca: kerjaan -red), jadinya nggak sempet cari-cari tiket atau bikin itinerary deh. 
One thing lead to another, jadilah kita mutusin untuk sedikit liburan di tengah hiruk pikuk kancah kehidupan kita belakangan ini (Hayah!). Destinasinya sengaja cari yang dalam negeri, mengingat saya juga nggak dapet cuti yang memungkinkan bisa bablas lama, kemudian harga tiket menjelang Natal dan Tahun Baru 2015 yang mwahal. Huhuhu. Tadinya ada 3 pilihan destinasi: Garut (Kampung Sampireun), Lampung, atau Malang.
Karena last minute banget, akhirnya pilihan pertama dan kedua dieliminir. Yang paling memungkinkan ya pergi ke Malang. Selain denger-denger di daerah Batu, Malang sekarang ada banyak Theme Park dan museum yang seru dan bagus-bagus banget. Sudah gitu, di sana juga kebetulan ada rumah saudara jadi bisa sekalian berkunjung. 
Cari tiket kereta udah ludes semua, dari yang harga 600 ribu (kok agak sayang yah?) sampai ke KA Ekonomi yang tiketnya 49 ribu juga sold out!
Akhirnya kami cari tiket bus deh.. Dan dapet! Horee...!!

Hari Rabu, 24 Desember 2014 jam setengah tujuh malam kita sudah standby di terminal Kampung Rambutan. Sempat menunggu sekitar 2 jam karena hujan dan kondisi jalan yang macet, akhirnya bus baru keluar dari terminal jam 9 malam. Baru sekali nih kita kena arus mudik Natal, yang menyebabkan perjalanan yang seharusnya 18-20 jam menjadi 24 jam lebih! Luar biasa deh pokoknya. Kayaknya lain kali perjalanan naik bus nggak akan saya masukin dalam list lagi deh. Selain molornya perjalanan, entah saya dan suami yang kulitnya terlalu sensitif atau gimana, alhasil kami pulang-pulang bawa oleh-oleh tambahan, yaitu bentol-bentol di sekujur tubuh terutama bagian yang bersinggungan dengan bangku bus. Huhuhu. 

Anw, karena keterlambatan sampai tadi akhirnya jatah kami jalan-jalan berkurang sehari deh. Kami baru bisa mulai efektif jalan-jalan itu di tanggal 26 Desember 2014-nya. Pagi hari kami setelah kami dapat tiket pulang ke Jakarta, kami segera bergegas ke Batu.

Thanks to GPS, kita bisa lewat jalan-jalan yang super tikus dan nyampe di Batu cuma kurang lebih 30 menit saja, padahal di jalan utama macetnya lumayan panjang. di Jatim Park II kita beli tiket terusan untuk 2 hari dengan harga Rp 175.000,-. Dengan tiket ini kita bisa bebas mengelilingi area Jatim Park I, Eco Green Park, Batu Secret Zoo, Museum Satwa, dan tiket masuk ke Batu Night Spectacular (BNS).

FYI. Area dari tempat yang saya sebutkan di atas itu super luas dan banyak sekali yang bisa dilihat, jadi menurut saya 2 hari kayaknya nggak cukup deh untuk menjelajah area tersebut di sela-sela keinginan kami untuk sekalian wisata kuliner. Pada tanggal 28 Desember 2014 saat kami pulang ke Jakarta, kami belum sempat mengunjungi Jatim Park I dan Eco Green Park. Belum lagi obyek wisata lainnya dari kawasan Agrowisata di Batu, pantai-pantai di Malang, pemandian, candi, air terjun, dll. Nggak apa-apa lah, Insyaallah next time kami main-main lagi sama keluarga besar.

Ini list tempat yang sempat kami datangi di Malang:
1. Museum Satwa
Museum ini masuk ke dalam area Jatim Park II. Awalnya ketika masuk nggak nyangka kalau tempatnya cukup luas. Ada berbagai macam replika fosil, fosil asli, replika hewan dari berbagai macam negara. Banyak fakta dan informasi menarik terkait satwa dari berbagai penjuru dunia.


Banyak informasi menarik mengenai satwa di sini. Anak kecil yang sudah bisa membaca dan tertarik dengan dunia satwa pasti senang diajak kemari


Fosil Paus
Berasa di Jurassic Park



2. Batu Secret Zoo
Keren! 1 kata yang menggambarkan Batu Secret Zoo. Jenis satwanya terbilang cukup lengkap, baik yang dari kawasan nusantara maupun dari Benua Amerika, Afrika, dll. Bahkan ada beberapa satwa albino yang belum pernah saya lihat di kebun binatang lainnya, seperti Kangguru, Merak dan Singa Albino. Saking luasnya tempat ini, pihak BSZ juga menyewakan semacam kendaraan motor kecil yang bisa memudahkan kita menjelajah dengan hanya membayar Rp 100.000/3jam.
Banyak satwa unik yang bisa dilihat seperti Monyet Baboon yang satu ini


3. Batu Night Spectacular
Tempat ini mulai ramai dari jam 17.00 sampai dengan 23.00 WIB. Ada banyak atraksi dan permainan yang cukup lengkap dari rumah hantu, caroussel, go kart sampai sepeda gila yang bikin perut mules ngeliatnya. Rasanya nggak cukup 2 jam untuk bisa coba satu persatu wahananya. Biaya masuk per biayanya pun terbilang cukup murah antara 12 ribuan dan biaya tiket masuk ke BNS 30 ribu saja. Tapi kalau kita beli tiket terusan untuk 2 hari, kita bisa langsung masuk ke dalam BNS tanpa harus bayar tiket masuknya.



4. Museum Angkut
Ini sih jadi tempat favoritnya suami saya. Koleksi mobilnya melimpah ruah. Nggak cuma mobil kuno aja, tapi juga ada koleksi sepeda, motor, dan di sana kita seperti dibawa keliling dunia karena setting tempatnya berbeda-beda, bahkan ada yang menyerupai istana buckhingham lengkap dengan bangunan megah dan lampu-lampu kristal yang menggantung di berbagai penjuru. Pokoknya masuk ke Museum Angkut ini bikin saya nggak habis-habisnya berdecak kagum dan nggak lupa mengabadikan momen setiap waktu.


Ramenya Museum Angkut pas libur natal

Warna merah emang nggak ada matinya. Apalagi kalo warna merahnya itu di Mobil Ford Mustang *drooling*


5. Museum Topeng
Museum ini terletak di satu kawasan yang sama dengan Museum Angkut. Di sana ada berbagai macam koleksi prasasti dan koleksi yang berhubungan dengan sejarah dari seluruh penjuru nusantara. Menarik banget tempatnya, koleksinya juga surprisingly cukup lengkap. Rasanya nggak cukup sejam deh muter di Museum Topeng ini.


Benda bersejarah yang unik bisa ditemukan di museum topeng seperti Pisat Sunat ini contohnya

Dadu raksasa yang digunakan untuk judi zaman dulu


6. Alun-alun Kota Batu
Selama di Malang, kami terbilang cukup sering ke sini karena banyak sekali kuliner yang bisa dicoba. Dari mulai antri susu segar di kios susu ganesha, makan sayap ayam pedas di warung Kampung Setan, nyobain ketan susu yang di temboknya penuh dengan foto-foto artis yang datang ke kedai tersebut. Jika merasa kedinginan kita juga bisa mencari wedang angsle untuk menghangatkan badan. Sambil menikmati makanan dan minuman kita juga akan dihibur seniman jalanan yang menari-menari dengan kostum reog dan cambuknya yang bikin saya terkaget-kaget. 
 
Alun-alun yang ramai setiap malam karena banyak jajanan dan atraksi permainan yang bisa dinikmati setiap anggota keluarga


7. Wisata kuliner Malang - Batu
Sempatkan sarapan Nasi Bhuk di Jalan Kawi, Malang. Kurang lebih penampilannya seperti nasi campur dengan lauk yang bisa kita pilih sendiri. Sayur pelengkapnya bisa sayur nangka atau rebung. Lauknya bisa pakai hati ayam, babat, sate daging, dll.
Wajib untuk datang ke Toko Oen. Toko yang memang sudah ada dari sejak zaman Hindia Belanda itu menyajikan menu es krim, roti, dan makanan yang ke-belanda-belandaan. Di sana kami sempat pesan steik, roti daging, horn vla dan es krim tutti frutti yang enak banget rasanya.
Menu wajib lainnya adalah mencoba rujak cingur, lontong kupang yang kuahnya segar, minum jamu beras kencur untuk menghangatkan badan, nyemil churros di Batu Secret Zoo, mie ayam di alun-alun kota batu yang pakai acar, wedhangan angsle di malam hari, sate ceker dan sayap ayam yang puedess-puedess enak, ketan susu berbagai macam rasa, dan masih banyak lagi jajanan yang tersebar dengan harga yang relatif murah, hanya kisaran 10-15 ribu saja per porsi, kecuali di toko oen yang harga makanannya sedikit lebih mahal.



Saya dan Seto sukses pulang dengan hati senang, dan berat badan yang naik beberapa kilo. Mudah-mudahan kami diberi kesempatan untuk kembali ke Malang karena masih banyak tempat yang belum kami kunjungi.
See you around, Malang. Thanks for your hospitality :)

Happy New Year 2015, folks!










Tuesday, December 30, 2014

TTC: Induksi Ovulasi dan Suntik Pemecah Sel Telur

Halo.. Sudah cukup lama ya saya nggak nulis perkembangan TTC saya dan suami. Bukan karena malas, bukan karena belum sempat.. Tapi ya karena si siklus haid yang datangnya sesuai mood dia sendiri. Hehehe.

Setelah sebelumnya saya sudah shared cerita tentang awal saya didiagnosa PCO oleh dokter, kemudian selanjutnya saya juga sempat shared mengenai treatment awal penderita PCOS yang ingin mendapatkan momongan, kali ini saya lanjutkan sharing perjalanan saya dan suami untuk punya baby ya... Hap-hap! Bismillah.. ;)

15 Desember 2014 akhirnya si haid datang juga setelah telat 2 minggu lebih. Syukur alhamdulillah! Kalau orang lain sedih jika haid datang, tapi bagi saya yang penderita PCO malah sebaliknya. Karena itu artinya bisa menjalankan rencana saya di siklus sebelumnya yaitu melanjutkan program kami ke dr Prima. Kebetulan hari itu merupakan jadwal praktek beliau. Pulang kantor, saya dan suami segera bergegas ke RS Muhammadiyah Taman Puring.

Kali itu dr Prima nggak terlalu banyak komentar, setelah USG transvagina saya diberi resep 10 butir ovestin 1 mg yang diminum 1 kali sehari dan 10 butir fensipros dengan dosis minum 2 x 1, jadi obat habis dalam 5 hari. Dua obat ini berfungsi untuk menginduksi ovulasi atau merangsang indung telur untuk menghasilkan sel telur yang matang sehingga bisa dilakukan pembuahan secara alami. Dengan pemberian obat ini saya berasa officially mulai program hamil. H+12 - H +14 saya diminta untuk datang lagi cek ukuran sel telur apakah ukurannya sudah cukup atau belum. 

Sampai hari ke-8 minum ovestin, jadwal minum obat saya masih teratur. FYI, Alhamdulillah.. Obat ini tidak ada efek samping mual dan pusing seperti 2 vitamin yang telah diresepkan dokter sebelumnya. Sampai di hari ke-9 dan ke-10 saya secara nggak sengaja absen minum obat, karena kami pergi ke Malang dan obatnya nggak terbawa. Hiks. Sempet sedih deh waktu itu. Mau beli di apotik juga nggak bisa, karena harus pakai resep dokter. Jadi ya sudahlah.. Berharap indung telur saya cukup bereaksi atas obat yang kemarin sudah diminum. Hanya saja selama di Malang, saya merasakan ada sedikit rasa mengganjal dan agak menusuk-nusuk di perut bagian kiri bawah, terutama kalau sedang jalan agak lama. Saya berusaha berpikir positif bahwa itu tandanya sel telur saya sedang membesar. Hihi.. Saya juga enggan bilang ke suami, karena nggak mau suami kepikiran dan nggak mau terkesan manja, dikit-dikit ngeluh. Gengsi ah.. Hahaha.

H+14 sepulangnya dari Malang, kami datang untuk kontrol kembali ke dr Prima. Agak deg-degan, takut perkembangan sel telurnya nggak maksimal karena obat saya masih sisa 2 butir di rumah :(
Begitu masuk ruang praktek, dokter langsung mengarahkan saya untuk cek sel telur, "Mmm.. Masih kosong nih, bu di sebelah kanan," Kata dr Prima sambil melihat ke monitor USG. Deg! Melorot deh jantung saya ke dengkul. Huhuhu.. Tuh kan! Ini pasti gara-gara minum obatnya nggak selesai deh..
"Coba kita lihat yang sebelah kiri ya, bu... Eh tuh ada 1 yang ukurannya sudah besar, sebentar.. ukurannya 19 mm nih. Bagus deh berarti indung telurnya bereaksi sama obatnya." lanjut dr Prima sambil tersenyum.
Alhamdulillah! Seneng banget rasanya liat buletan besar di monitor USG yang biasanya nggak pernah saya lihat di kontrol-kontrol sebelumnya. 
Setelah itu dr Prima cek ketebalan dinding rahim saya. Sayangnya endometrium atau dinding rahim tempat menempelnya bakal janin jika nanti sel telur bisa dibuahi milik saya ukurannya tipis. Normalnya adalah sekitar 8 mm, sedangkan ketebalan saya baru 5 koma sekian mm. Untuk itu saya diresepkan ovestin lagi dengan dosis ditambah menjadi 2 X 1 untuk 3 hari ke depan.

dr Prima juga meresepkan untuk suntik pemecah sel telur keesokan harinya. Prosedur akan dilakukan oleh suster. 24 jam setelah disuntik artinya saya ovulasi dan dokter menjadwalkan kapan kami sebaiknya berhubungan.

Biaya konsul dokter dan USG tanpa print seperti biasa Rp 340 ribu, 5 butir ovestin Rp 18 ribu saja. Nah... Ovidrel atau obat pemecah sel telurnya yang lumayan mahal nih, satu ampul Rp 890 ribu. Untuk alasan kepraktisan, kami putuskan untuk menitipkan obat tersebut di RS sampai dengan jadwal saya suntik.

Hari ini, 30 Desember 2014 jadwal saya suntik nih... Doakan saya yah, semoga bulan depan kalau haid saya tidak datang bukan lagi karena PCO tapi karena test pack menunjukkan 2 garis atau tanda positif. Amin! :)

PS. Oya, di bagian bawah nanti saya akan ceritakan juga bagaimana proses suntik pemecah sel telurnya. So, stay tuned! :D

Well, ternyata prosesnya nggak sakit dan cepat sekali. Lebih lama antri di apotik untuk ambil obatnya malah. Hehehe. Sesampai di RS dan selesai ambil Ovedril yang sengaja kami titipkan di apotik, kami segera menyerahkan ke bidan. Saya diminta untuk masuk ke ruangan dokter dan obat tersebut disuntikan di bagian bawah pusar. Rasanya perish sedikit, nggak sampai 3 menit juga sudah nggak berasa sakit lagi kok. Bismillah, artinya besok saya ovulasi nih.. Dokter kemarin menjadwalkan hubungan selang 1 hari dari sebelum dan sesudah saya disuntik. Mudah-mudahan program perdana ini langsung tokcer yaa. Amin YRA :)




Friday, December 5, 2014

Cerpen: Indigo Girl

Ada yang bilang aku punya indra keenam. Sebagian lagi menyebutku indigo...

Namaku Dru, 16 tahun. Jika dilihat dari penampilan, aku tak ada bedanya dengan remaja sebayaku. Seneng dengerin Radio Prambors, susah bangun pagi, hobi jalan-jalan sama teman dekatku saat weekend, pokoknya nggak seperti gambaran sutradara film yang mengangkat cerita anak indigo lah.

Aku bahkan tak yakin apakah memang benar aku punya bakat supranatural seperti kata beberapa "orang tua" yang sering datang ke rumahku. O ya, ayahku memang sedikit nyentrik. Ia suka hal yang berbau klenik. Sebagai pemilik perusahaan percetakan yang cukup besar di Bandung, ia seringkali konsultasi dengan penasihat spiritualnya sebelum mengambil keputusan bisnis. 

Ayah punya penasihat spiritual lebih dari satu. Mereka datang silih berganti ke rumahku. Ada yang penampilannya religius dengan memakai sorban dan berpakaian panjang warna putih, ada yang penampilannya menurutku lebih mirip seperti tukang pukul karena badannya yang tinggi besar, berkulit hitam dengan kumis dan jenggot yang menutupi sepertiga bagian wajahnya, lalu ada juga wanita paruh baya yang dandanannya super menor dan jika datang ke rumah selalu menawarkan barang yang katanya berkhasiat untuk kesuksesan, wibawa, tolak bala, dan lain-lain. 

Satu persamaan dari penasihat spiritual ayahku itu ialah pendapat mereka tentangku. Katanya aku adalah anak yang 'berbeda', punya 'kemampuan' dan semacamnya. Biasanya mereka mengatakan itu sambil mengernyitkan dahi, menaikkan satu alis, melihatku dari atas ke bawah, beberapa mencoba berbagi tenaga dalam denganku yang aku sendiri tidak mengerti maksudnya apa, ada juga yang menuliskan tulisan arab gundul dan memintaku untuk menyimpannya di dompet, "Auramu agak berbeda, Dru." Begitu katanya. Ia juga memintaku untuk tidak meninggalkan solat serta melafalkan beberapa doa tertentu seusai solat. "Kau bisa jadi orang yang kuat luar biasa, namun jika kekuatanmu tidak diimbangi dengan iman, kekuatanmu bisa kau gunakan untuk sesuatu yang salah." Aku pun keluar dari kamar ayah dengan rasa Clueless dan masa bodoh atas apa yang kudengar barusan. Paling hanya ingin cari muka ke ayah seperti yang lainnya, pikirku.

Tidak. Aku tak bisa baca pikiran. Aku juga tak bisa lihat makhluk gaib seperti Nita, teman sekelasku. Amit-amit deh. Tidur sendiri saja aku masih sering ketakutan. 
Walaupun terkadang, aku bisa merasakan kehadiran mereka di tempat-tempat tertentu. Ada yang hawanya dingin membuat bulu tengkuk berdiri, ada juga yang berhawa panas membuatmu ingin segera pergi dari tempatmu berdiri. Apakah itu bisa dibilang aku termasuk anak indigo? Aku rasa tidak.
Meskipun tak bisa kupungkiri memang ada beberapa kejadian aneh yang membuatku berpikir aku sedikit berbeda dari orang kebanyakan. Seringkali apa yang ada di dalam pikiran dan yang kuucapkan benar-benar menjadi kenyataan. Buruknya ini hampir selalu berdampak ke orang yang berseberangan pendapat denganku dan membuat hatiku kecewa. Kebanyakan dari mereka mengalami kejadian yang tidak mengenakkan. Padahal sekesal-kesalnya aku dengan orang lain, pada dasarnya aku bukanlah pendendam. Hari ini aku bisa merasa kesal dengan seseorang, keesokannya paling aku sudah lupa. Namun entah mengapa apa yang ada di pikiranku saat aku merasa kesal, akhirnya benar-benar menimpa orang tersebut.
Contohnya, pernah aku merasa kesal dengan seseorang yang bersikap menghakimi saat Bimo, pacarku tak sengaja menyerempet pengendara motor yang memotong mobil kami dari sisi kiri. Saat berdebat dengan bapak yang ternyata cukup dituakan penduduk kampung sekitar, sempat terucap dari mulut saya, "Pak! Kami ini mau bertanggung jawab lho! Jangan menarik-narik kerah pacar saya seolah kami mau kabur! Ayo bicara baik-baik. Coba kalau bapak ada di posisi kami. Lihat saja nanti." 3 hari berselang, aku mendengar kabar bahwa bapak tersebut mengalami kecelakaan motor dimana ia dalam posisi yang menabrak namun yang menderita luka cukup parah adalah dirinya sendiri. Ada pendarahan di otaknya yang menyebabkan tubuhnya lumpuh di bagian bawah. Motor yang ditabraknya, melihat kondisi bapak itu cukup parah langsung melarikan diri. Aku sempat shock mendengar kabar tersebut. Sungguh bukan maksudku untuk mendoakannya celaka.

Dan ini bukan kali pertama. Waktu itu pernah sehabis bertengkar dengan tanteku yang datang dari luar kota dimana sebetulnya hubungan kami amat dekat, dengan emosi aku membatin agar semoga ia cepat-cepat pulang ke kotanya. Aku tak ingin melihatnya lagi di rumahku. Sayangnya permintaanku benar-benar didengar Yang Maha Kuasa. Malamnya tanteku mengalami gagal jantung, sempat akan dibawa ke UGD, namun di tengah perjalanan nyawanya sudah tak tertolong lagi. Setelah kejadian itu aku sempat mengurung diri di kamar selama hampir sebulan karena merasa amat bersalah. 

Lalu ada satu kejadian yang sampai saat ini masih kusimpan rapat-rapat. Aku takut jika sampai ayah atau ibu tiriku tahu akan hal ini, mereka akan membenciku. Sewaktu aku mendengar bahwa ibu tiriku mengandung anak ayah, sebagai anak tunggal ada perasaan iri tumbuh di hatiku. Saat memandang perut ibu tiriku, aku berdoa agar jabang bayi yang ada di dalamnya tidak berkembang, aku tidak ingin nanti saat adikku lahir, perhatian ayahku akan terbagi dengannya. Suatu saat di usia kehamilannya yang ketujuh, saat aku sedang bersimpuh di dekat ibu tiriku, kuelus perutnya sambil membayangkan seandainya adikku ini gugur, lahir lebih cepat dan tidak selamat. Sungguh bahagianya hatiku. Ayahku tentu akan mencurahkan seluruh perhatiannya kepadaku. Hanya kepadaku. Malamnya aku terbangun karena ayah masuk ke kamarku dengan tergesa-gesa, nada suaranya cepat dan sedikit khawatir, "Dru, ibu mengalami pendarahan. Ia terjatuh di kamar mandi. Kamu tunggu di rumah saja ya sama Bik Iyem. Nanti Ayah kabari bagaimana kondisi ibu dan adikmu. Doakan tidak ada apa-apa ya, nak."
Dini hari melalui telepon ayah memberitahu bahwa ibu baik-baik saja, begitu pula dengan adikku lahir dengan selamat namun ada kondisi yang belum diketahui akibat kelahirannya yang prematur sehingga perlu terus dipantau dokter. Ada rasa terharu saat keesokannya aku diizinkan melihat adik kecilku di inkubator. Ia begitu mungil dan tidak berdosa. Air mataku mengalir di pipi saat mendengar vonis dokter bahwa adikku ternyata menderita down syndrome. Ayahku memegang erat pundakku, "Jangan bersedih, Dru. Nanti kita yang akan bersama-sama merawat adik ya. Melatihnya menjadi pribadi yang manis dan mandiri seperti dirimu." Air mataku pun langsung jatuh dengan lebih derasnya.


Thursday, November 20, 2014

Cerpen: Rindu KemARAu Akan Datangnya Hujan

"Seperti apakah hujan itu?"

Ara menengadahkan kepalanya ke atas dan melihat ke langit yang cerah dimalam itu.
Seumur hidupnya, Ara belum pernah merasakan yang namanya hujan.
Belum pernah menikmati sensasi lembutnya air yang menyapu kulit saat tetes hujan mengalir turun ke bawah.
Belum pernah mendengar alunan musik indah yang timbul dari rintik hujan yang jatuh menyentuh tanah.
Belum pernah menikmati indahnya lukisan alam yang terbuat dari titik embun di atas dedaunan hijau.
Belum pernah merasakan damainya jiwa saat tubuh meringkuk di balik selimut atau nikmatnya secangkir hangat susu coklat saat hujan tiba.
Belum pernah menghirup segarnya udara seusai hujan reda.

Radit, suami Ara yang datang dari negeri yang mengenal hujan seringkali menceritakan hal-hal tersebut kepadanya di malam hari sebelum mereka terlelap. Ara senang mendengarkan cerita Radit sambil menyandarkan kepala di bahu Radit. Sementara tangan mereka saling bergenggaman, Ara tak jarang membayangkan cerita Radit menjadi nyata. Membayangkan gradasi warna biru keabuan yang mungkin terjadi di atas langit sana. Membayangkan bagaimana komposisi awan yang berbaur menjadi satu membentuk gumpalan besar. Membayangkan hawa sejuk yang menerpa wajahnya. Membayangkan bagaimana ia berlari-lari kecil mencari tempat yang teduh saat air hujan mulai ditumpahkan ke bawah oleh Penciptanya.
Memang betul seperti kata Radit, Ara percaya bahwa hujan tak selalu seindah itu. Terkadang ada gelegar dan kilatan petir yang memekakkan telinga dan menyilaukan mata. Lalu ada pula air bah yang terkadang merenggut senyum insan manusia. Namun semua resiko itu rela ditempuh Ara yang memang belum dikaruniai anugerah untuk merasakan hujan.

Dalam setiap doanya menjelang tidur dan saat membuka mata di pagi hari, Ara selalu menyelipkan keinginannya untuk dapat merasakan hujan. Ia berkhayal bahwa satu doa yang dikirimkannya adalah satu tetes hujan yang nantinya akan jatuh ke bumi. Ia berharap semakin sering ia mengirimkan doanya ke atas langit, semakin besar pula kesempatan doanya didengarkan Gusti Allah. 

Seperti malam-malam sebelumnya, seusai Ara terlelap setelah mendengar dongeng mengenai hujan, Radit selalu mengecup dahi Ara dan berbisik di telinganya, "Sayangku Ara, jangan pernah berputus asa. Percayalah, di belahan dunia manapun bahkan musim kemARAu yang terpanjang pun pasti akan merasakan datangnya sapuan hujan. Jika saat itu datang ketahuilah aku akan selalu ada di sisimu. We'll dancing in the rain together.. Side by side.. You and I."

Monday, November 17, 2014

TTC: Hasil Tes Darah, HSG & Cek Ukuran Sel Telur

Nah.. Akhirnya bisa nulis juga tentang kelanjutan usaha saya dan suami untuk dapetin baby setelah lebih dari sebulan yang lalu saya sempet nulis tentang program hamil saya yang terdiagnosis PCO
Bukan karena males atau belum sempet nulis blog, cuma memang siklus mens saya yang mundur (lagi) selama 2 minggu, membuat saya jadi belum bisa ngelakuin test darah dan HSG sesuai rujukan dokter, jadi belum ada yang bisa saya update deh -_-

Setelah akhirnya haid di tanggal 24 Oktober 2014 lalu, atas rujukan dokter, pada H+2 HPHT saya segera melakukan test darah untuk mengetahui hormon mana yang tidak seimbang yang menyebabkan saya terdiagnosis PCO. Dr Prima merujuk saya untuk di-test hormon FSH, Estradiol, Prolaktin dan Insulin. 
Tips dari saya: Test darah ini sebaiknya dilakukan pagi hari karena memerlukan puasa dulu sebelumnya selama kurang lebih 8 jam. Jadi jika test dilakukan pagi hari, kita cukup melewatkan sarapan pagi saja nggak perlu pake puasa.

Biaya untuk test darah ini cukup mahal menurut saya, yaitu Rp 1.720.000,-. Saya nggak tahu deh kalau test di laboratorium seperti Prodia kenanya lebih mahal atau lebih murah dari di rumah sakit. Prosesnya sebentar banget nggak sampai 20 menit. 
Setelah daftar ke lab dan melakukan pembayaran, suster mengambil darah saya sebanyak 2 tabung kecil. Setelah selesai test darah, saya sekalian bikin janji untuk tindakan HSG yang ditentukan H+9 dari HPHT.

HSG pada dasarnya adalah tindakan menyuntikkan cairan melalui vagina dengan cairan yang dinamakan kontras, untuk mengetahui apakah ada penyumbatan pada rahim dan saluran reproduksi kita. Selain itu katanya sih HSG juga dapat berfungsi untuk membuka perlengketan ringan yang mungkin terjadi di saluran reproduksi kita.
Pada hari H saya diminta untuk datang setengah jam sebelum tindakan dan diminta untuk membawa selembar pembalut. 
Tips dari saya: Jangan sampai ketinggalan surat rujukan HSG dari dokter ya, karena biarpun sudah buat appointment sebelumnya untuk HSG, jika tidak membawa surat rujukan akan diminta untuk buat surat rujukan lagi ke dokternya.

Sebelum HSG, saya memang sudah cukup banyak cari info mengenai tindakan ini. Tujuannya sih lebih untuk menyiapkan mental. Dari info yang saya dapat dari artikel atau blog, reaksi tubuh seseorang terhadap tindakan ini beragam. Ada yang tidak merasakan sakit sama sekali, ada yang merasakan sakit mules seperti saat haid hari pertama, bahkan ada yang sampai pingsan dan masuk UGD.

Saat masuk ke ruangan radiologi saya diminta untuk melepaskan baju serta pakaian dalam dan menggantinya dengan jubah seperti bathrobe namun cara memakainya terbalik. Sambil menunggu dokter, saya ditemani seorang suster yang untungnya cukup ramah sehingga membuat saya cukup rileks.
Setelah dokter datang saya diminta untuk berbaring dengan posisi telentang dan posisi kaki seperti sedang di-USG transvagina.
Dokter mengoleskan cairan ke sekeliling bagian bawah saya sementara suster masih asyik mengajak saya ngobrol seakan ingin mengalihkan perhatian supaya saya tidak terlalu tegang. Meskipun saya ngerasanya baik-baik aja, namun suster sempat memegang paha saya dan menahannya agar posisinya lebih terbuka serta meminta saya untuk tidak tegang saat kateter/selang kecil dimasukkan melalui bagian bawah, karena katanya hal tersebut dapat menyebabkan kateter sulit masuk. 
Saat kateter mulai masuk, meski sudah merasa tidak nyaman namun saya masih bisa menanggapi pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan suster. Namun saat dokter mulai menyuntikan cairan kontras melalui selang tersebut, saya segera terdiam karena rasanya sakitttt sekali. Sakitnya seperti mules saat sedang haid, tapi lebih sakit lagi. Saat cairan masuk ke dalam, rasanya seperti menusuk sampai ke kepala. Suster tersenyum, "Mulai sakit ya bu? Tarik napas dan hembuskan lewat mulut aja ya, Bu." Kata suster menenangkan. Entah karena suhu di ruangan tersebut dingin atau memang efek samping dari HSG, tubuh saya langsung bergetar cukup hebat. Saya coba menenangkan diri dengan dengan mengikuti anjuran suster. "Kalau sakit itu artinya bagus, bu. Artinya cairannya masuk. Insyaallah nggak ada penyumbatan." Kata suster lagi.
Setelah cairan berhasil masuk, dokter segera melakukan rontgen di bagian panggul saya sebanyak 2 - 3 kali.
Proses HSG sendiri jika tidak ada kendala apa-apa, hanya berlangsung kurang lebih setengah jam. Saya diminta berbaring sejenak setelah proses selesai. Sakitnya sih berangsur-angsur hilang saat kateter dilepas dari bagian bawah. Saya dengan setengah ngesot berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan memakai pembalut. Suster menginfokan bahwa ada kemungkinan 2-3 hari ke depan akan keluar flek-flek darah, namun itu wajar jadi tidak usah kuatir.

Sebenarnya hasil HSG bisa keluar saat itu juga, namun sayangnya hari itu dokter saya tidak praktek, jadi saya memutuskan untuk ambil hasilnya bertepatan dengan jadwal praktek dokter saya saja agar bisa sekalian konsul mengenai hasil cek darah dan HSG-nya.

Hari Senin, 10 November 2014 saya dan suami datang ke rumah sakit untuk konsul dengan dokter setelah sebelumnya ambil hasil HSG dan test darah. Menurut dokter hasil test darah saya masih dalam batas normal, dengan kata lain seharusnya tidak ada hormon imbalance dalam tubuh saya, malah hasil hormon Prolaktin saya menunjukan sedikit lebih kecil dari bawah garis normal, padahal biasanya pada penderita PCO indikator angka untuk hormon ini umumnya jauh lebih besar dari batas atas normal.
HSG saya pun alhamdulillah menunjukan bahwa tidak ada masalah di organ reproduksi saya. Disebutkan bahwa menurut hasil HSG, kedua tuba falopi saya paten alias tidak ada penyumbatan, dengan bentuk dan ukuran uterus dan cervix normal.

Dengan hasil tersebut dokter coba lakukan pengecekan kembali atas ukuran sel telur saya yang menurut dokter di masa itu sudah masuk masa subur. Saat di USG transvagina, indung telur sebelah kanan saya surprisingly tidak lagi dipenuhi bulatan kecil sel telur yang tidak matang, kondisinya bersih dibanding hasil USG saya bulan lalu. Kabar buruknya di indung telur tersebut tidak ada sel telur sama sekali. Sementara di indung telur sebelah kiri tampak ada beberapa telur kecil dan ada 1 sel telur yang ukurannya sedikit lebih besar dari yang lainnya, meskipun kata dokter ukurannya belum mencukupi untuk dibuahi. Ukuran sel telur yang cukup untuk dibuahi minimal 18mm, sementara ukuran sel telur saya baru 12mm. Untuk itu dokter menyarankan saya untuk konsul lagi akhir minggu dengan harapan ukuran sel telur saya sudah bertambah, sehingga sudah cukup untuk diberikan suntik pemecah sel telur.
Kali ini kami tidak diresepkan apa-apa, sehingga biaya obat untuk konsul dan USG Transvagina kali ini hanya Rp 340.000,-. Dokter berpesan agar saya dan suami tetap meneruskan minum vitamin yang sudah diresepkan sebelumnya. Terus terang saya dan suami tidak lagi meneruskan minum vitamin tersebut, karena saya (terutama) tidak kuat dengan efek mual dan pusingnya. Sebagai gantinya saya dan suami rutin minum multivitamin Mega Formula dari Sun Hope yang mengandung Royal Jelly dan minyak gandum serta Salmon Oil. Selain itu saya sendiri mulai membiasakan diri untuk minum jus wortel, tomat dan jeruk setiap hari serta mengkonsumsi sesendok kayu manis dicampur madu dan air hangat setiap pagi. 

Hari Sabtu, 15 November 2014 kami kembali mengunjungi dokter untuk konsul untuk cek kondisi sel telur. Sedikit kecewa dengan hasilnya karena ternyata ukuran sel telur saya di sebelah kiri tidak bertambah dari 12mm sementara yang sebelah kanan juga tidak ada perubahan. Dokter minta kami cek kondisi sel telur lagi minggu depannya dengan harapan ada penambahan ukuran sel telur. Jika sampai tidak ada perubahan lagi, maka dokter akan meresepkan obat pembesar sel telur yang harus saya konsumsi saat haid nanti. 
Suami dan saya akhirnya sepakat tidak datang konsul untuk cek ukuran sel telur lagi minggu depannya karena menurut kami lelah juga bolak-balik ke dokter setiap minggu. Bukan lelah fisiknya, tapi lelah hatinya. Hehehe. Kami coba berpasrah saja dan usaha alami dulu minggu ini, tetap berharap ada mukjizat siapa tahu kami sudah diberi kepercayaan untuk mendapatkan momongan di akhir tahun ini. Kami berencana rutin konsul lagi jika di akhir bulan ini saya masih haid, sehingga bisa langsung diberi resep obat pembesar sel telur oleh dokter.

Malamnya saat suami tidur, saya melihat wajahnya, sedikit ada rasa sedih tapi saya tahu bahwa dengan bersedih nggak akan ngubah keadaan. Dengan bersedih saya malah bikin suami saya juga ikut kepikiran. Maka saya coba telan kesedihan saya dalam hati saja dan mulai memanjatkan doa. Insyaallah.. Saya yakin kami bisa dalam waktu dekat punya momongan. Insyaallah :)